WASHINGTON
- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengumumkan akan menarik
semua personel diplomatik yang tersisa dari Venezuela. Alasannya,
situasi di negara itu sudah memburuk.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo mengumumkan keputusan penarikan seluruh personel diplomatik itu pada hari Senin waktu Washington.
Sekadar diketahui, sebagian besar staf diplomatik AS yang ditugaskan di Caracas sudah ditarik pada Januari lalu menyusul deklarasi pemimpin oposisi yang didukung Washington, Juan Guaido, sebagai presiden interim atau sementara Venezuela.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo mengumumkan keputusan penarikan seluruh personel diplomatik itu pada hari Senin waktu Washington.
Sekadar diketahui, sebagian besar staf diplomatik AS yang ditugaskan di Caracas sudah ditarik pada Januari lalu menyusul deklarasi pemimpin oposisi yang didukung Washington, Juan Guaido, sebagai presiden interim atau sementara Venezuela.
Beberapa
diplomat Amerika meninggalkan Caracas juga atas perintah Presiden
Nicolas Maduro sebagai protes keras atas dukungan Washington kepada
Guaido.
"AS akan menarik semua personel yang tersisa dari @usembassyve minggu ini. Keputusan ini mencerminkan situasi yang memburuk di Venezuela serta kesimpulan bahwa kehadiran staf diplomatik AS di kedutaan telah menjadi kendala pada kebijakan AS," tulis Pompeo di Twitter melalui akun resminya, @SecPompeo, Selasa (12/3/2019).
Sebelumnya pada hari Senin, Presiden Maduro mengumumkan pihak berwenang telah menangkap dua pelaku sabotase sistem di bendungan Guri yang menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran sejak Kamis lalu. Pembangkit listrik di bendungan Guri merupakan pemasok listrik terbesar di Venezuela.
Maduro telah menyalahkan AS atas sabotase listrik tersebut. Dia menyebutnya sebagai "kudeta kriminal listrik" yang merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
"AS akan menarik semua personel yang tersisa dari @usembassyve minggu ini. Keputusan ini mencerminkan situasi yang memburuk di Venezuela serta kesimpulan bahwa kehadiran staf diplomatik AS di kedutaan telah menjadi kendala pada kebijakan AS," tulis Pompeo di Twitter melalui akun resminya, @SecPompeo, Selasa (12/3/2019).
Sebelumnya pada hari Senin, Presiden Maduro mengumumkan pihak berwenang telah menangkap dua pelaku sabotase sistem di bendungan Guri yang menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran sejak Kamis lalu. Pembangkit listrik di bendungan Guri merupakan pemasok listrik terbesar di Venezuela.
Maduro telah menyalahkan AS atas sabotase listrik tersebut. Dia menyebutnya sebagai "kudeta kriminal listrik" yang merupakan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
Pompeo,
yang bersama dengan sisa pemerintahan Trump telah mendesak Maduro untuk
mundur sejak Januari, mengklaim pemadaman listrik besar-besaran itu
disebabkan oleh "pengabaian bertahun-tahun" serta kesalahan manajemen
dan keserakahan pemerintah Maduro.
Pompeo yang merupakan bekas direktur CIA itu membantah bahwa AS terlibat dalam pemadaman listrik di Venezuela."AS hanya tertarik pada kesejahteraan rakyat Venezuela," katanya, dikutip Russia Today.
Pompeo yang merupakan bekas direktur CIA itu membantah bahwa AS terlibat dalam pemadaman listrik di Venezuela."AS hanya tertarik pada kesejahteraan rakyat Venezuela," katanya, dikutip Russia Today.
Sementara itu, Guaido menyatakan "darurat nasional" selama konferensi pers di Caracas pada hari Senin dalam upaya untuk meningkatkan kemarahan publik. Dia menyerukan militer Venezuela untuk membelot.
Pemimpin oposisi ini mengklaim 17 orang telah meninggal karena kurangnya pasokan listrik sejak pemadaman pertama pada hari Kamis dan menyalahkan Maduro atas apa yang dia sebut sebagai "pembunuhan" tersebut.
Credit sindonews.com