Washington (CB) - AS akan menarik staf kedutaan besarnya di Ibu
Kota Venezuela, Karakas, pekan ini, kata seorang diplomat senior AS pada
Senin larut malam (11/3).
"Keputusan ini mencerminkan situasi yang memburuk di Venezuela serta kesimpulan bahwa kehadiran staf diplomatik AS di kedutaan besar telah menjadi keregangan dalam kebijakan AS," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di akun Twitter.
Pada Januari, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan semua pegawai non-diplomatik di kedutaan besar Karakas agar meninggalkan negeri tersebut, tapi mengumumkan bahwa personel tingkat pertama akan melanjutkan tugas mereka.
Instruksi tersebut, katanya, dikeluarkan sebab sulit untuk menjamin keselamatan sebanyak 150 staf yang bekerja di misi diplomatik AS di Venezuela, meskipun kedutaan bear di Ibu Kota Venezuela, Karakas, akan tetap buka, demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.
Venezuela telah diguncang protes sejak 10 Januari, ketika Presiden Nicolas Maduro diambil sumpahnya untuk masa jabatan kedua setelah pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi.
Ketegangan meningkat ketika Juan Guaido, yang memimpin Sidang Majelis Nasional Venezuela, mengumumkan dirinya sebagai penjabat presiden pada 23 Januari, tindakan yang didukung oleh AS dan banyak negara Eropa serta Amerika Latin.
Turki, Rusia, Iran, Kuba, dan China serta Bolivia memberi dukungan buat Maduro, yang telah berikrar akan memangkas semua hubungan diplomatik dan politik dengan AS.
"Keputusan ini mencerminkan situasi yang memburuk di Venezuela serta kesimpulan bahwa kehadiran staf diplomatik AS di kedutaan besar telah menjadi keregangan dalam kebijakan AS," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di akun Twitter.
Pada Januari, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan semua pegawai non-diplomatik di kedutaan besar Karakas agar meninggalkan negeri tersebut, tapi mengumumkan bahwa personel tingkat pertama akan melanjutkan tugas mereka.
Instruksi tersebut, katanya, dikeluarkan sebab sulit untuk menjamin keselamatan sebanyak 150 staf yang bekerja di misi diplomatik AS di Venezuela, meskipun kedutaan bear di Ibu Kota Venezuela, Karakas, akan tetap buka, demikian laporan Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam.
Venezuela telah diguncang protes sejak 10 Januari, ketika Presiden Nicolas Maduro diambil sumpahnya untuk masa jabatan kedua setelah pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi.
Ketegangan meningkat ketika Juan Guaido, yang memimpin Sidang Majelis Nasional Venezuela, mengumumkan dirinya sebagai penjabat presiden pada 23 Januari, tindakan yang didukung oleh AS dan banyak negara Eropa serta Amerika Latin.
Turki, Rusia, Iran, Kuba, dan China serta Bolivia memberi dukungan buat Maduro, yang telah berikrar akan memangkas semua hubungan diplomatik dan politik dengan AS.
Credit antaranews.com