Presiden Perancis Francois Hollande dan pemimpin lebih dari 40 negara memimpin pawai damai di Paris. (Reuters/Philippe Wojazer)
Presiden Perancis Francois Hollande dan pemimpin dari Jerman, Italia, Israel, Turki, Inggris dan wilayah Palestina dan lain-lain bergerak dari Place de la Republique di pusat kot Paris mendahului lautan manusia yang membawa bendera Perancis dan negara lain.
Satu patung di lapangan ditutupi dengan kata Purquoi?, mengapa? dan sekelompok kecil peserta menyanyikan lagu kebangsaan Perancis “La Marseillaise”.
Sekitar 2.200 polisi dan tentara dikerahkan untuk berpatroli di jalan-jalan kota Paris untuk melindungi para peserta pawai dari kemungkinan serangan, sementara penembak jitu polisi ditempatkan di atap gedung dan detektif berpakaian sipil bercampur dengan peserta.
Jaringan pembuangan air kotor kota ini diperiksa sebelum pawai dimulai sementara stasiun kereta bawah tanah di sekitar rute pawai ditutup.
Seorang penyelenggara pawai ini mengunggah cuitan yang berbunyi "Luar bias Perancis! Saya diberitahu peserta bisa mencapai 1,3 sampai 1,5 juta orang di Paris,"
Pawai sunyi - yang bisa jadi merupakan pawai terbesar di era modern Paris - menggambarkan rasa terkejut atas serangan militan Islamis terburuk di kota Eropa dalam delapan tahun terakhir.
“Hari ini Paris adalah ibukota dunia. Seluruh negeri ini akan bangkit dan memperlihatkan sisi terbaiknya,” ujar Hollande dalam pernyataan tertulis.
Tujuh belas orang, termasuk wartawan dan polisi, tewas dalam kekerasan selama tiga hari yang dimulai dari penembakan di majalah mingguan Charlie Hebdo yang terkenal dengan serangan satir terhadap Islam dan agama lain serta para politisi.
Insiden ini berakhir pada Jumat (9/1) dengan penyerbuan ke satu swalayan Yahudi tempat seorang militan Islamis menyandera pengunjung. Empat sandera tewas di swalayan ini.
Semalam, tulisan “Paris est Charlie”, Paris adalah Charlie, terpampang di Arc de Triomphe.
Sementara itu, satu video yang menggambarkan seorang pria mirip dengan pelaku penyanderaan di swalayan kosher diunggah ke internet.
Dalam rekaman itu, dia menyatakan sumpah setiap pada kelompok ISIS dan mendesak Muslim Perancis mengikuti langkahnya.
Seorang sumber di kepolisian anti-terorisme Perancis membenarkan bahwa pria itu adalah Amedy Coulibaly, pelaku penyanderaan di swalayan makanan kosher yang berbicara sebelum melakukan aksinya.
Suara Menolak
“Kami tidak akan membiarkan satu kelompok kecil penjahat menakuti hidup kami,” ujar Fanny Appelbaum, 75 tahun, yang mengatakan kedua saudara perempuan dan satu saudara lelakinya meninggal di konsentrasi Nazi Auschwitz. “Hari ini kami adalah satu.”
Zakaria Moumni, warga Perancis keturunan Maroko yang memasang bendera Perancis di badannya, setuju. “Saya di sini ingin menunjukkan kepada teroris bahwa mereka tidak menang, insiden itu membuat umat semua agama bersatu.”
Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi hadir bersama 44 pemimpin negara asing dalam pawai bersama dengan Hollande.
Sekjen PBB Ban Ki-moon, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sebelumnya mendesak warga Yahudi Perancis pindah ke Israel, dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga hadir dalam pawai itu.
![]()
Warga
Perancis berbondong-bondong mengikuti pawai damai yang bertujuan
mempersatukan negara itu setelah serangan berdarah tiga orang Islamis
yang menewaskan 17 orang. (Reuters/Charles Platiau)
|
Sementara suara lain mengisyaratkan kemunafikan para pemimpin dunia yang pemerintahannya menekan kebebasan media melalui peraturan yang hadir dalam pawai itu.
Sementara itu, ketua Fron Nasional yang berhaluan kanan ekstrim, Marine Le Pen, yang menurut pengamat mendapat dukungan dalam jajak pendapat karena serangan ini, mengatakan partainya yang anti-imigran tidak diundang dalam pawai Perancis dan akan berpartisipasi dalam pawai di tingkat daerah.
Credit CNN Indonesia