Senin, 19 Januari 2015

Batalkan Tiga Proyek Investasi, Jepang Tetap Lirik Indonesia


Batalkan Tiga Proyek Investasi, Jepang Tetap Lirik Indonesia Infografis perkembangan investasi. (Thinkstock)
 
Jakarta, CB -- Meski Jepang membatalkan tiga proyek penanaman modal di Indonesia, Gubernur Japan Bank for International Coorperations (JBIC) Hiroshi Watanabe menilai bahwa iklim investasi di Indonesia masih menarik bagi negeri Sakura tersebut.

"Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang baik, terutama dengan pembangunan infastruktur dan maritim," ujar Hiroshi usai bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (19/01).

Hiroshi menyampaikan pembatalan tiga proyek investasi di Indonesia dikarenakan Jepang memilki skala prioritas pembangunan proyek infrastruktur yang memiliki nilai urgensi yang lebih.

"Jepang memiliki daftar proyek investasi, semuanya baik. Namun kami harus mampu membuat skala prioritas yang terbaik dari yang baik tersebut," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Hiroshi mengungkapan bahwa Jepang membuka pintu yang lebar untuk kerjasama investasi infrastruktur dengan Indonesia, "Saya percaya Jepang dan Indonesia memiliki relasi atau kerjasama yang baik dan Bapak Wapres juga banyak menyarankan beberapa hal pada kami untuk agar kami memiliki jalan investasi bisnis yang lebih baik di Indonesia," katanya.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago mengatakan, pemerintah masih mengkaji kelanjutan tiga proyek yang dikerjakan bersama Jepang.

"Menurut kami ada yang tidak lanjut dari rencana. Salah satu proyeknya adalah proyek kereta api super cepat, lainnya nanti," katanya, Rabu (14/1).

Dalam kajian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), proyek kereta supercepat Jakarta-Surabaya berjarak sekitar 700 kilometer tersebut akan menelan biaya investasi lebih dari Rp100 triliun.

Adapun proyek infrastruktur yang bekerjasama dengan investor Jepang lainnya ialah proyek pelabuhan Cilamaya yang diperkirakan bakal menelan investasi hingga Rp 34,5 triliun. Pada tahap pra kualifikasi tender proyek ini banyak diikuti oleh investor Jepang yang memiliki usaha di kawasan industri Cikarang dan Jababeka.

Credit  CNN Indonesia