Tentara berjaga dan memeriksa pengendara
motor setelah bentrokan mematikan pada Minggu (25/1) di Maguindanao.
(Reuters/Froilan Gallardo)
Jakarta, CB
--
Pertempuran antara pemerintah Filipina, pasukan
pemberontak BIFF serta pasukan MILF pada Minggu (25/1) menewaskan
sedikitnya 44 orang di Maguindanao, Filipina Selatan.
Pertempuran yang seharusnya terjadi antara pasukan polisi dan BIFF, namun entah bagaimana kelompok MILF yang sedang terikat gencatan senjata dengan pemerintah jadi ikut terlibat.
Menyusul insiden mematikan tersebut, pemerintah Filipina dan MILF dijadwalkan bertemu di Kuala Lumpur pada 29-31 Januari besok.
Ironisnya, pertemuan yang memang sudah dijadwalkan sebelum pertempuran pada Minggu itu seharusnya membahas sentuhan akhir perjanjian perdamaian antara pemerintah dan pembenrontak bangsa Moro termasuk yang terkait pelucutan senjata MILF.
Miriam Coronel-Ferrer, kepala negosiator pemerintah, yakin bahwa pertemuan itu akan terus dilangsungkan meskipun bentrokan terjadi.
"Kami bertemu di KL," kata Ferrer kepada media Filipina, Inquirer, ketika ditanya apakah ada kekhawatiran bahwa MILF mungkin memutuskan untuk tidak menghadiri pertemuan.
Ferrer mengatakan bahwa kerangka acuan untuk pelucutan senjata api telah selesai.
"Kami sedang bekerja pada pedoman pelaksanaan dan protokol," katanya.
Panel juga akan membahas kapan upacara pelucutan senjata api MILF akan berlangsung, katanya.
Sementara itu, kepala negosiator dari MILF, Mohagher Iqbal, mengatakan MILF "berpikir" apakah mereka akan tetap ke Kuala Lumpur untuk pertemuan itu.
Sepertinya, apa yang terjadi di Maguindanao pada Minggu akan menjadi materi utama pembicaraan jika pertemuan tetap dilangsungkan.
"Kedua belah pihak masih berusaha untuk menyelesaikan ini," kata Iqbal.
Masih di jalur
Namun Iqbal menegaskan bahwa MILF ingin melanjutkan proses perdamaian.
"Kami tidak punya alasan mengapa tidak. Pemerintah masih di jalur. Hanya ada beberapa orang yang tidak menginginkan ini," kata Iqbal.
Iqbal, bagaimanapun, sekali lagi menyesalkan kegagalan elit Action Force Khusus (SAF) dari kepolisisan Filipina untuk berkoordinasi dengan MILF terkait misinya untuk menangkap teroris Malaysia Zulkifli bin Hir, atau Marwan.
Baik pemerintah dan MILF sepakat bahwa sebagai bagian dari proses perdamaian, pasukan keamanan mereka akan berkoordinasi dengan Ad Hoc Aksi Bersama ketika mereka memiliki misi untuk dijalankan.
Hal ini untuk menghindari yang terjadi antara pasukan polisi dan MILF Minggu lalu.
Sebanyak 44 pasukan SAF tewas dalam pertempuran itu. MILF mengatakan mereka kehilangan 10 korban jiwa, tetapi menghitung 64 polisi tewas.
Sementara kepala unit pasukan khusus kepolisian Filipina dibebastugaskan akibat insiden itu.
Pertempuran yang seharusnya terjadi antara pasukan polisi dan BIFF, namun entah bagaimana kelompok MILF yang sedang terikat gencatan senjata dengan pemerintah jadi ikut terlibat.
Menyusul insiden mematikan tersebut, pemerintah Filipina dan MILF dijadwalkan bertemu di Kuala Lumpur pada 29-31 Januari besok.
Ironisnya, pertemuan yang memang sudah dijadwalkan sebelum pertempuran pada Minggu itu seharusnya membahas sentuhan akhir perjanjian perdamaian antara pemerintah dan pembenrontak bangsa Moro termasuk yang terkait pelucutan senjata MILF.
Miriam Coronel-Ferrer, kepala negosiator pemerintah, yakin bahwa pertemuan itu akan terus dilangsungkan meskipun bentrokan terjadi.
"Kami bertemu di KL," kata Ferrer kepada media Filipina, Inquirer, ketika ditanya apakah ada kekhawatiran bahwa MILF mungkin memutuskan untuk tidak menghadiri pertemuan.
Ferrer mengatakan bahwa kerangka acuan untuk pelucutan senjata api telah selesai.
"Kami sedang bekerja pada pedoman pelaksanaan dan protokol," katanya.
Panel juga akan membahas kapan upacara pelucutan senjata api MILF akan berlangsung, katanya.
Sementara itu, kepala negosiator dari MILF, Mohagher Iqbal, mengatakan MILF "berpikir" apakah mereka akan tetap ke Kuala Lumpur untuk pertemuan itu.
Sepertinya, apa yang terjadi di Maguindanao pada Minggu akan menjadi materi utama pembicaraan jika pertemuan tetap dilangsungkan.
"Kedua belah pihak masih berusaha untuk menyelesaikan ini," kata Iqbal.
Masih di jalur
Namun Iqbal menegaskan bahwa MILF ingin melanjutkan proses perdamaian.
"Kami tidak punya alasan mengapa tidak. Pemerintah masih di jalur. Hanya ada beberapa orang yang tidak menginginkan ini," kata Iqbal.
Iqbal, bagaimanapun, sekali lagi menyesalkan kegagalan elit Action Force Khusus (SAF) dari kepolisisan Filipina untuk berkoordinasi dengan MILF terkait misinya untuk menangkap teroris Malaysia Zulkifli bin Hir, atau Marwan.
Baik pemerintah dan MILF sepakat bahwa sebagai bagian dari proses perdamaian, pasukan keamanan mereka akan berkoordinasi dengan Ad Hoc Aksi Bersama ketika mereka memiliki misi untuk dijalankan.
Hal ini untuk menghindari yang terjadi antara pasukan polisi dan MILF Minggu lalu.
Sebanyak 44 pasukan SAF tewas dalam pertempuran itu. MILF mengatakan mereka kehilangan 10 korban jiwa, tetapi menghitung 64 polisi tewas.
Sementara kepala unit pasukan khusus kepolisian Filipina dibebastugaskan akibat insiden itu.
Credit CNN Indonesia