Rabu, 10 April 2019

Iran Kecam Garda Revolusi Dianggap Teroris, Saudi Dukung AS


Iran Kecam Garda Revolusi Dianggap Teroris, Saudi Dukung AS
Presiden Iran, Hassan Rouhani. (REUTERS/Faisal Mahmood)



Jakarta, CB -- Pemerintah Iran langsung bereaksi atas keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menyatakan pasukan elite Garda Revolusi (IRGC) sebagai kelompok teroris. Presiden Iran, Hassan Rouhani, balik menuding justru AS adalah teroris dunia.

"Siapa kalian yang menyematkan lemabga revolusi sebagai teroris? Kalian ingin menggunakan kelompok teroris sebagai alat untuk melawan negara di kawasan (Timur Tengah), kalian adalah pemimpin teroris dunia," kata Rouhani, seperti dilansir Reuters, Selasa (9/4).

Rouhani menyatakan keputusan AS keliru. Mereka menyatakan sudah memperingatkan supaya Trump tidak melakukan itu karena justru menjadi bumerang atas kepentingan Negeri Paman Sam di kawasan Timur Tengah.


"Garda Revolusi telah mengorbankan nyawa mereka untuk melindungi rakyat kami, revolusi kami. Saat ini Amerika memasukkan Garda Revolusi ke dalam daftar hitam," ujar Rouhani.


Di sisi lain, Arab Saudi justru mendukung keputusan Amerika Serikat. Mereka adalah seteru lama Iran, karena perbedaan paham.

"Keputusan Amerika Serikat sejalan dengan keinginan kerajaan Saudi yang meminta komunitas dunia melawan aksi terorisme yang didukung Iran," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, seperti disampaikan Kantor Berita SPA.

Arab Saudi yang berpaham Sunni menuduh Iran yang berpaham Syiah mengganggu kestabilan kawasan Timur Tengah. Keduanya juga terlibat perang proxy sejak lama, termasuk di Suriah dan Yaman.

Pemerintah Iran menyatakan akan membuat perhitungan jika AS benar-benar menggolongkan pasukan Garda Revolusi sebagai kelompok teroris. Dewan Keamanan Nasional Iran mendeklarasikan Amerika Serikat sebagai negara sponsor terorisme.

Perselisihan antara AS dan Iran kembali mencuat setelah pada 2015 Trump memutuskan membatalkan perjanjian nuklir. Dia juga kembali menerapkan sanksi yang lebih keras terhadap Iran, dengan alasan negara itu tetap melanjutkan program pengembangan rudal jarak jauh.


Pada 2007, Kementerian Keuangan AS menjatuhkan sanksi terhadap satuan khusus IRGC, Pasukan Quds, yang bertindak sebagai perwakilan militer Iran dalam wilayah konflik di luar negeri. Mereka menyatakan pasukan itu mendukung terorisme dan menjadi perangkat Iran untuk terlibat mendukung kelompok teroris dan pemberontak.

Dua tahun lalu, Panglima IRGC, Mohammad Ali Jafari, memperingatkan jika AS menggolongkan satuannya sebagai kelompok teroris, maka mereka akan menganggap seluruh pasukan AS di luar negeri seperti kelompok ISIS.

Pengaruh IRGC bukan cuma di dunia militer, tetapi juga termasuk di sektor ekonomi dan politik. Mereka bisa dibilang badan keamanan paling kuat di Iran.

Pasukan ini berkekuatan 125 ribu orang, terdiri dari matra darat, laut, dan udara. Mereka berada di bawah kewenangan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khameini.

IRGC juga bertanggung jawab terhadap program pengembangan rudal Iran. Mereka menyatakan mempunyai peluru kendali dengan jarak jelajah sampai 2000 kilometer, dan bisa menjangkau Israel serta pangkalan militer AS di Timur Tengah. 



Credit  cnnindonesia.com