Kamis, 13 September 2018

Jihadis Asing di Idlib Hadapi Pertempuran Terakhir di Suriah



Jihadis Asing di Idlib Hadapi Pertempuran Terakhir di Suriah
Selain jihadis Suriah, provinsi Idlib dibantu oleh setidaknya seribu jihadis asing yang handal asal Uzbekistan, Chechnya dan Xinjiang. (AFP/Aaref Watad)


Jakarta, CB -- Berasal dari berbagai tempat di dunia, mereka datang ke Suriah untuk dalam "perang suci". Kini jihadis asing menghadapi pertempuran hingga akhir untuk mempertahankan Idlib, benteng terakhir mereka.

Tentara Suriah yang didukung Rusia dan Iran sudah mengepung provinsi Idlib ini sebelum melancarkan serangan di satu-satunya zona terluas yang masih dikuasai oleh para pemberontak.

Sejak 2015, Idlib menjadi rumah bagi serangkaian kelompok anti-pemerintah Suriah: pemberontak sekular, Islamis, jihadis Suriah yang memiliki hubungan dengan al-Qaedah, dan juga para pejuang asing.


Pejuang asing itu berasal dari Uzbekistan, Chechnya dan warga Uighur China. Mereka mulai belajar berperang di tempat lain namun kemudian berkumpul di Suriah untuk membantu perjuangan di negara itu.


Ancaman serangan dari Presiden Bashar al-Assad bisa ribuan pejuang asing yang tersisa kehilangan benteng terakhir mereka di negara barunya.

"Mereka tidak bisa berintegrasi ke dalam Suriah dalam kondisi apapun, mereka tidak bisa pindah ke negara lain dan mereka kemungkinan siap mati," kata Sam Heller, seorang pengamat senior dari International Crisis Group.

"Jadi mereka merupakan duri dari setiap solusi," kata Heller kepada AFP.

Dalam upaya menghindari serangan ini, tiga negara yang berpengaruh dalam perang Suriah yaitu Rusia, Iran dan Turki epakat untuk bekerja sama "menstabilkan" Idlib.


Namun, mereka tidak merinci lebih jauh soal ini.

Penghalang utama bagi satu kesepakatan yang berarti adalah nasih kaum jihadis, termasuk pejuang asing, di provinsi itu.

Para pejuang yang dikejar di negara asal dan menjadi sasarn di Afghanistan dan Pakistan ini adalah jihadis asing berpengalaman yang mengadopsi perang Suriah sebagai perang mereka sekitar 2013. Dua tahun setelah perang saudara terjadi.

Jihadis Asing di Idlib Hadapi Pertempuran Terakhir di Suriah
Para pejuang asing disebut tiba di Suriah pada 2013 dan kini berada di Idlib untuk membantu kelompok perlawanan Suriah mempertahankan provinsi itu. (AFP/Omar Haj Kadour) 
Banyak dari mereka bergabung dengan ISIS, tetapi yang lain tetap bersatu dengan al-Qaedah dan bekas kelompok afiliasinya di Suriah yang sekarang memimpin aliansi Hayat Tahrir al-Sham (HTS). HTS mendominasi kekuasaan di Idlib.

Salah satu kelompok pejuang asing terbesar adalah Partai Islam Turkestan (TIP, yang beranggotakan etnis Muslis Uighur yang merupakan etnis minoritas di provinsi Xinjiang, China.

Mereka mendapatkan pengalaman bertempur di Afghanistan sebelum berangkat ke Suriah dan mencoba membantu mengusir tentara pemerintah Suriah dari Idlib pada 2015.

"Mereka kemudian mencuri pasok senjata dan sejak itu menjadi faksti paling menakutkan di utara. Mereka bukan pejuang sembarangan," kata Heller.


Para pejuang yang diperkiran berjumlah sedikitnya seribu orang bermarkas di sekitar kota Jisr al-Shughur di Idlib tenggara. Kota ini belakangan digempur dengan tembakan artileri dan roket.

TIP akan berjuang keras jika terjadi serangan besar-besaran, dan kemungkinan menjadi sekutu HTS di medan tempur.

"Bukan hanya karena jumlah pejuangnya, tetapi karena mereka dikenal sebagai pejuang yang andal dan mereka sangat dihormati di kalangan jihadis dan pemberontak," ujar Tore Hamming, pakar gerakan jihadis dari Institut Universitas Eropa.

Tetapi karena TIP tidak bisa beroperasi di Xinjiang, kekalahan di Idlib akan membuat mereka kehilangan "medan perang alternatif", kata Hamming.

TIP bukan satu-satunya jawara perang asal Asia di Idlib, pejuang asal Uzbekistan sudah bergabung dalam kelompok yang dekat dengan HTS.

Mereka mengasah kemampuan bersama dengan Taliban atau al-Qaeda di Pakistan dan Afgahnistan sebelum berangkat ke Suriah sebagai sekutu cabang al-Qaeda di sana.

Salah satu kelompok itu adalah Katiba al-Tawhid wal-Jihad, yang menurut sumber-sumber keamanan Rusian dan Kyrgyztan diketuai oleh Sirozhiddin Mukhtarov. Tokoh berusia 28 tahun yang juga dikenal sebagai Abu Saloh al-Uzbeki.

Kelompok lain adalah Brigade Iman al-Bukhari yang melancarkan propaganda daring lewat tentara anak dan masuk dalam daftar kelompok "teroris" Amerika Serikat awal tahun ini.


Kedua kelompok ini sudah diketahui berperang di Idlib, namun tidak ada informasi rinci lainnya.

Pejuang asing paling terkenal kemungkinan adalah warga Chechnya, para veteran perang brutal melawan Rusia dan memiliki hubungan dengan HTS.

Dua kelompok Chechya paling terkemuka di Suriah adalah Junud al-Sham dan Ajnad al-Kavkaz. Tetapi beberapa bulan belakangan mereka bungkam untuk mencegah mendukung kelompok tertentu dalam persiteruan antar pemberontak di Idlib.

Serangan pemerintah Suriah akan menempatkan mereka kembali ke kancah pertempuran.

Jihadis Asing di Idlib Hadapi Pertempuran Terakhir di Suriah
Jihadis asing disebut akan kehilangan medan perang alternatif jika provinsi Idlib direbut pemerintah Suriah, dan mereka juga tidak akan bisa kembali ke negara asal masing-masing.(AFP/Nazeer al-Khatib)
"Semua menunggu apa yang akan terjadi," kata Joanna Paraszczuk, yang melacak jihadis asing.

Kebanyakan dari mereka bergerak ke Suriah awal 2012, menikah dengan perempuan negara itu dan membentuk keluarga. Jadi kemungkinan besar mereka akan berjuang habis-habisan untuk melindung rumah tangga mereka yang baru.


Paraszczuk mengatakan fakfor ini membuat mereka harus menggabungkan koalisi dengan kelompok yang lebih besar dan menyedian penembak jitu serta pasukan serang.

Moskow, secara khusus, ingin memastikan para jihadis ini tidak kembali ke Chechnya untuk berperang melawan pasukan negara itu.

"Membunuh mereka, dari pandangan itu, akan menjadi bonus psikologi bagi Rusia," kata Paraszczuk.





Credit  cnnindonesia.com