Senin, 24 September 2018

Iran Ancam Balas Dendam Serangan Parade Militer


Iran Ancam Balas Dendam Serangan Parade Militer
Iran bertekad melakukan balas dendam 'mematikan dan tak terlupakan' pada pelaku serangan parade militer di Ahvaz yang menewaskan 25 orang pada akhir pekan lalu. (AFP Photo/ISNA /Morteza Jaberian)


Jakarta, CB -- Pasukan Garda Revolusioner Iran bertekad melakukan balas dendam "mematikan dan tak terlupakan" pada pelaku serangan parade militer di Kota Ahvaz yang menewaskan 25 orang pada akhir pekan lalu.

"Menimbang pengetahuan penuh kami mengenai pusat pengerahan para pemimpin teroris kriminal, mereka akan menghadapi balas dendam mematikan dan tak terlupakan dalam waktu dekat," demikian pernyataan angkatan bersenjata Iran, sebagaimana dikutip Reuters, Senin (24/9).

Insiden ini bermula ketika empat pelaku melepaskan tembakan membati buta di tengah parade militer yang digelar untuk memperingati perang Iran dengan Irak pada 1980-1988 silam.



Suasana seketika kacau balau. Para tentara merangkak sembari mencari sumber tembakan, sementara perempuan dan anak-anak berlarian menyelamatkan diri mereka.


Tak lama setelah itu, kelompok militan ISIS mengklaim serangan tersebut. Melalui media propaganda mereka, Amaq, ISIS melansir sebuah video yang menunjukkan tiga orang di dalam satu kendaraan.

Menurut Amaq, ketiga pria itu sedang dalam perjalanan untuk melakukan serangan. Seorang pria dengan topi bergambar logo Garda Revolusioner Iran dalam video itu kemudian terdengar membicarakan rencana serangan tersebut dalam bahasa Farsi.

"Kami Muslim, mereka kafir. Kami akan menghancurkan mereka dengan serangan gaya gerilya dan kuat. Insyaallah," katanya.



Namun, gerakan oposisi Arab, Avhaz National Resistence, juga mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Sementara itu, Presiden Iran, Hassan Rouhani, sendiri menuding Amerika Serikat sebagai otak di balik serangan tersebut.

Sejumlah komandan senior Korps Garda Revolusioner Iran (IRGC) juga menduga serangan tersebut dilakukan oleh milisi yang dilatih negara-negara Teluk dan Israel dengan dukungan AS.



Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Nikki Haley, langsung membantah tuduhan Rouhani dan IRGC.

"Ada banyak orang Iran yang melakukan protes. Setiap dana yang masuk ke Iran masuk ke militer mereka. Dia menekan rakyat sejak lama dan dia harus melihat ke dalam untuk mengetahui dari mana semua berasal," ucapnya.

Relasi AS dengan Iran memang sedang memanas karena kesepakatan nuklir yang kacau di tangan pemerintahan Presiden Donald Trump.

Sejak awal, Garda Revolusioner Iran memang tak sepakat dengan keputusan Rouhani untuk menyetujui perjanjian tersebut.

Sejumlah analis mengatakan kepada Reuters bahwa serangan dalam parade militer ini dapat memberikan amunisi politik bagi Garda Revolusioner Iran.




Credit  cnnindonesia.com