ISIS mengaku bertanggung jawab atas insiden
serangan saat parade militer Iran, Sabtu (22/9). (AFP PHOTO / ISNA /
MORTEZA JABERIAN)
Insiden itu dilaporkan menewaskan 29 orang termasuk seorang anak perempuan dan melukai 60 lainnya.
"Pejuang ISIS menyerang sebuah perkumpulan pasukan Iran di Kota Ahvaz, barat daya Iran," bunyi kantor berita propaganda ISIS, Amaq, mengutip seorang pejabat keamanan Iran.
Dikutip AFP, pernyataan itu diunggah dalam akun pesan instan Telegram milik Amaq.
Insiden bermula saat empat pria bersenjata melontarkan serangkaian tembakan membabi-buta dari belakang panggung saat parade berlangsung sekitar pukul 09.00 waktu setempat.
Beberapa media melaporkan para gerilyawan menyamar dengan berpakaian ala militer Iran. Keempatnya juga diketahui berusaha menyerang area para pejabat setempat menonton parade.
Serangan
pada parade militer Iran, Sabtu (22/9), menewaskan 29 orang, termasuk
seorang anak perempuan. (AFP PHOTO / ISNA / Behrad GHASEMI)
|
Namun, pasukan keamanan setempat berhasil melumpuhkan tiga pelaku dengan sebuah tembakan.
Juru bicara angkatan bersenjata Iran Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi melaporkan seorang pelaku lainnya menyerahkan diri setelah sempat kabur karena mengalami luka tembak.
Sementara itu, Teheran memanggil tiga duta besar negara Eropa sebagai bentuk protes terhadap serangan tersebut.
Kantor berita IRNA melaporkan Teheran mengajukan protes kuat kepada duta besar Belanda, Denmark, dan Inggris lantaran dianggap "masih menjadi rumah bagi sejumlah kelompok teroris" yang melakukan serangan tersebut.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei mengecam insiden itu dan menuding "rezim asing" yang didukung Amerika Serikat sebagai otak di balik serangan tersebut.
"Kejahatan ini adalah kelanjutan dari banyak plot di kawasan ini yang menjadi boneka Amerika Serikat, dan tujuan mereka adalah menciptakan rasa tidak aman di negeri kita tercinta," ujar Khamenei dalam pernyataan resmi yang dikutip dari Reuters.
Khamenei tak menyebutkan nama negara yang ia anggap sebagai sekutu AS di wilayah tersebut. Namun, selama ini Iran menganggap dua musuh besarnya di Timur Tengah, Israel dan Arab Saudi, sebagai sekutu AS yang sama-sama ingin menghancurkan negaranya.
Credit cnnindonesia.com