Senin, 24 September 2018

Disanksi karena Beli S-400 Rusia, China Panggil Dubes AS


Disanksi karena Beli S-400 Rusia, China Panggil Dubes AS
Sistem rudal pertahanan S-400 Rusia. China dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat setelah membeli sistem rudal tersebut dari Rusia. Foto/REUTERS/Vasily Fedosenko

BEIJING - Kementerian Luar Negeri China memanggil Duta Besar (dubes) Amerika Serikat (AS) di Beijing, Terry Branstad setelah Washington menjatuhkan sanksi. Badan militer Beijing dijatuhi sanksi karena membeli sistem rudal S-400 dan sepuluh jet tempur Su-35 Rusia.

Beijing marah atas keputusan Washington dan mendesak untuk membatalkan sanksi tersebut. Jika tidak, Washington akan menanggung konsekuensinya.

Perselisihan itu meningkatkan ketegangan kedua negara yang sedang terlibat perang dagang.

Pemanggilan Dubes Branstad dilakukan Wakil Menteri Luar Negeri China Zheng Zeguang pada hari Sabtu (22/9/2018)."Untuk menyampaikan pernyataan serius terkait dengan sanksi," tulis media pemerintah China, Xinhua, Minggu (23/9/2018) mengutip pernyataan Zheng.

Seperti diberitakan sebelumnya, pada hari Kamis Washington menjatuhkan sanksi terhadap Departemen Pengembangan Peralatan (EED), sebuah badan di Kementerian Pertahanan China, dan direkturnya Li Shangfu, atas pembelian sistem rudal dan jet tempur dari Rusia.

Sanksi itu berupa larangan visa bagi para bos EED dan para pejabat lainnya. EED dan para semua pihak yang terkena sanksi tak bisa mengakses sistem keuangan AS.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, pengadaan beberapa sistem rudal S-400 dan jet Sukhoi SU-35 dari Rusia melanggar undang-undang sanksi AS yang menargetkan Rusia. Undang-undang bernama Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) ini dibuat sebagai respons atas tindakan Rusia yang dituduh ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2016 dan sepak terjang Moskow di Ukraina.

Penjatuhan sanksi terhadap China berdasarkan CAATSA merupakan yang pertama kali sejak UU itu disahkan pada 2017 lalu.

Militer China mengecam sanksi dari Washington."Ada kemarahan dan penentangan tegas yang kuat," kata Kementerian Pertahanan China melalui seorang juru bicara kepada Xinhua.

"Langkah AS adalah pelanggaran mencolok terhadap aturan dasar hubungan internasional dan pertunjukan hegemonisme," lanjut dia.

Rusia juga memprotes sanksi AS. Menurut Moskow, Washington sudah "bermain dengan api" dan menuduh AS mencoba menekan Rusia keluar dari pasar senjata global.

Administrasi Donald Trump telah menambahkan 33 orang dan entitas yang terkait dengan militer dan layanan intelijen Rusia dalam daftar yang terkena sanksi. Sebanyak 28 nama-nama baru yang masuk daftar sanksi merupakan pihak yang dituduh terlibat dalam campur tangan Moskow terhadap pemilihan presiden AS tahun 2016 yang diselidiki Penasihat Khusus AS Robert Mueller. 




Credit  sindonews.com