Rabu, 26 September 2018

Trump Ogah Temui Rouhani di PBB, Sebut Iran Bertingkah Nakal


Trump Ogah Temui Rouhani di PBB, Sebut Iran Bertingkah Nakal
Presiden Donald Trump menolak bertemu Presiden Hassan Rouhani di sela sidang Majelis Umum PBB pekan ini di New York karena Iran bertingkah nakal. (Reuters/Mike Segar)


Jakarta, CB -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menolak bertemu Presiden Hassan Rouhani di sela sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan ini di New York karena Iran bertingkah nakal.

"Iran berperilaku nakal. Kami menunggu perbaikan hubungan yang baik dengan Iran, tapi itu tidak akan terjadi sekarang," kata Trump kepada wartawan sesaat sebelum berpidato di depan Majelis Umum PBB, Selasa (25/9).

Melalui Twitter-nya, Trump juga berkicau bahwa dirinya tidak memiliki rencana bertemu Rouhani dalam waktu dekat meski sebelumnya ia sempat menyatakan kesediaan berjumpa dengan Presiden Iran itu untuk memperbaiki hubungan.


"Terlepas dari permintaan, saya tidak memiliki rencana bertemu Presiden Iran Hassan Rouhani. Mungkin suatu hari nanti di masa depan. Saya yakin dia adalah pria yang tentunya menyenangkan," tulis Trump.


Bermusuhan sejak puluhan tahun lalu, ketegangan antara Washington dan Teheran semakin dalam ketika Trump menarik AS keluar dari perjanjian nuklir internasional 2015 dengan Iran.

Trump juga memberlakukan kembali sanksi kepada Iran yang sebelumnya sudah dicabut di bawah perjanjian nuklir.

Dikutip Reuters, Rouhani juga enggan menemui Trump meski keduanya sama-sama menghadiri sidang majelis umum.


Rouhani mengatakan tidak akan ada pertemuan antara kedua pemimpin negara sampai AS menyepakati kembali Joint Comperhensive Plan of Action (JCPOA).

Dalam pidatonya di depan 192 pemimpin negara anggota PBB, Rouhani mengatakan Amerika "mengobarkan perang ekonomi" terhadap Iran dengan menerapkan kembali sanksi secara sepihak.

Dia menuturkan Teheran bisa membalas "kebijakan bermusuhan" AS dengan aksi militer, salah satunya memblokade Selat Hormuz, jalur stategis pengiriman minyak keluar kawasan Timur Tengah menuju pasar utama, seperti Eropa termasuk AS.

"Pemahaman AS terkait hubungan internasional adalah sebatas otoriter, pemahaman soal kekuasaan, bukan otoritas legal dan sah. Ini tercermin dalam (kebijakan AS) yang bersifat merundung dan membebani," kata Rouhani.

Rouhani kemudian mengatakan bahwa tak ada negara yang bisa mengikuti sikap pemerintahan Trump.

"Tidak ada negara yang bisa dibawa ke meja runding dengan pemaksaan. Keinginan kami jelas: komitmen untuk komitmen, pelanggaran untuk pelanggaran, ancaman untuk ancaman," katanya.

"Apa yang diinginkan Iran sudah jelas, tidak ada perang, tidak ada sanksi, tidak ada ancaman, tidak ada perundungan. Semua berlaku sesuai hukum dan pemenuhan kewajiban."




Credit  cnnindonesia.com