Rabu, 26 September 2018

Rusia Gagal Luncurkan Rudal Berkekuatan Nuklir


Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.
Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.
Foto: REUTERS/Grigory Dukor

Uji coba rudal berkekuatan nuklir sampai saat ini berhenti.




CB, MOSKOW -- Rudal berkekuatan nuklir milik Rusia dipastikan gagal meluncur. Rudal yang katanya dapat meluncur ke manapun itu tidak sesuai dengan ekspektasi. Pada Maret lalu Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan telah berhasil melakukan uji coba terhadap senjata tersebut.

Tapi gambar yang diambil dari satelit menunjukkan sebaliknya. Citra satelit menunjukkan pada akhir 2017 dan awal 2018 kapal-kapal yang membawa peralatan untuk uji coba tersebut berkumpul di sudut terpencil di Kepuluan Artik.

Antara Juli dan Agustus kapal-kapal tersebut menghilang. Bangunan dan kontainer yang digunakan untuk uji coba rudal tersebut juga menghilang. Hal itu menunjukkan proses uji coba rudal berkekuatan nuklir tersebut, setidaknya sampai saat ini berhenti.

"Rusia tampaknya menutup toko mereka, ini menunjukkan kepada saya program uji coba rudal itu mengalami beberapa tantangan dalam pengembangannya," kata ahli persenjataan jarak jauh Institut Middlebury jurusan Hubungan Internasional Jeffrey Lewis, seperti dilansir dari NPR, Selasa (25/9).

Lewis mengatakan pada akhir bulan Juli dan awal Agustus lalu satelit juga menemukan beberapa kapal yang berkeliaran di sebelah utara tempat uji coba dilakukan. Kemungkinan besar Rusia sedang mencoba mengumpulkan sisa-sisa uji coba rudal yang kabarnya gagal terbang pada akhir 2017 lalu itu.

Baik Amerika Serikat dan Rusia telah memiliki rudal selama berdekade. Tapi bukan rudal yang berkekuatan nuklir. Rudal tersebut terbang menggunakan tenaga yang berasal dari reaktor nuklir kecil.

"Pada dasarnya jaraknya tidak terbatas karena bisa terbang sepanjang reaktor tersebut berjalan," kata Lewis.

Rudal itu memang canggih dan sangat efesien tapi rudal bertenaga nuklir juga mendatangkan beberapa masalah. AS sempat melihat gagasan tersebut pada 1950-an dan 1960-an. Tapi purwa-rupanya menghasilkan radioaktif yang sangat tinggi.

"Rudal tersebut memuntahkan begitu banyak radioaktif sepanjang waktu," kata Lewis.

Akhirnya AS melihat gagasan tersebut hanya sebagai 'ide gila'. Tapi nyatanya, kata Lewis, Rusia memutuskan gagasan rudal berkekuatan nuklir bukan sekedar 'ide gila'.

Putin mengumumkan negaranya memiliki rudal berkekuatan nuklir pada acara Pidato Kenegaraan Tahunan Rusia. Saat itu ia membanggakan jangkauan rudal tersebut tidak terbatas serta tidak dapat ditahan oleh sistem pertahanan udara AS.

Dalam sebuah gambar-gambar yang ditampilkan Putin ketika itu terlihat rudal yang ia banggakan terbang ke arah Samudra Atlantik. Terbang menuju Amerika Selatan dan berbelok ke sebelah utara Pasifik dan menghajar sebuah wilayah yang terlihat seperti Hawaii.

Putin juga mengaku rudal tersebut berhasil diujicobakan pada 2017. Tapi pernyataan Putin tersebut langsung dibantah oleh intelijen AS. Dalam sebuah laporan yang bocor ke media Pentagon yakin uji coba rudal tersebut gagal.

Uji coba yang dilakukan pada November 2017 rudal tersebut memang sempat meluncur tapi segera jatuh ke laut. Beberapa uji coba yang dilakukan juga gagal.

Rusia melakukan uji coba rudal berkekuatan nuklir itu di sebuah lokasi yang bernama Novaya Zemlya. Tempat Rusia melakukan uji coba nuklir mereka yang lama. 

"Di gambar satelit hanya terlihat es saja, tapi sebenarnya sangat indah jika melihatnya langsung," kata Anne Pellegrino yang juga bekerja di Institut Middlebury.

Pellegrino, Lewis dan rekan-rekan mereka membandingkan foto yang digunakan Putin dengan wilayah yang mereka observasi melalui satelit komersial. Dikombinasikan dengan data kapal, mereka dapat melihat uji coba rudal tersebut sudah dinon-aktifkan antara Juli dan Agustus. "Saya pikir ini kegagalan yang sangat luarbiasa dan jatuh ke laut," kata Pellegrino.

Lewis menambahkan gagal atau tidaknya rudal tersebut hal ini menandakan kembalinya era perlombaan senjata antara AS dengan Rusia. Hal itu seperti yang terjadi pada Perang Dingin usai Perang Dunia II.

"AS dan Rusia akan lebih baik jika mereka dapat menegosiasikan perjanjian pengendalian senjata yang telah banyak melibatkan sistem aneh yang hanya ada di fiksi ilmiah," kata Lewis.



Credit  republika.co.id