CB, Jakarta - Koran Swiss Basler Zeitung mengungkapkan fakta bahwa ada persekutuan rahasia antara militer Arab Saudi dengan Israel guna menangkal kekuatan Iran meskipun kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik.
"Hingga saat ini, Riyadh menolak normalisasi hubungan resmi dengan Israel sepanjang konflik Palestina-Israel belum terselesaikan," kata Pierre Heumann, koresponden koran ini di Israel sebagaimana dikutip Middle East Monitor.
Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman saat melakukan kunjungan ke markas tentara Saudi sambil berbuka bersama di Najran, Arab Saudi, 29 Juni 2016. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS
"Ada kerjasama instensif dilakukan rahasia antara Arab Saudi dan
Israel demi mencapai tujuan utama mereka yakni mengekang kekuatan Iran,"
ucapnya. Heumann menambahkan, "Memang ada ada kerjasama militer antara
Arab Saudi dengan Tel Aviv."
Koresponden ini mengutip sumber yang tak bersedia disebutkan namanya di Riyadh, "Kerajaan, saat ini, mempertimbangkan membeli senjata Israel dan telah menunjukkan ketertarikannya membeli senjata sistem pertahanan tank dan Iron Dome yang diklaim Israel terbukti efektif menghadapi serangan roket dari Jalur Gaza."
Menurut koran Swiss, Riyadh mencari rudal pencegat yang datang dari Yaman.
"Para pengamat dari Tel Aviv dan Riyadh membenarkan bahwa kerjasama keamanan Arab Saudi dan Israel meningkat pesat, kendati Arab Saudi menolak kabar yang berkembang," tulis koran Swiss tersebut.
Basler Zeitung melaporkan, sudah lama para elite Arab Saudi tak sungkan lagi melakukan kontak dengan perwakilan Israel. "Direktur CIA, Mike Pompeo, pernah mengumumkan pada awal Desember 2017 bahwa Arab Saudi melakukan hubungan langsung dengan Israel dan negara-negara Sunni lainnya di lapangan untuk menghadapi serangan teroris.
Sejumlah polisi perbatasan Israel berjaga-jaga saat warga Palestina melakukan salat yang merupakan aksi protes dipasangnya detektor logam di pintu masuk masjid Al Aqsa, Yerusalem, 16 Juli 2017. Polisi Israel mengatakan, pemasangan detektor logam diperlukan untuk mengamankan lokasi dan memastikan tidak ada senjata yang masuk ke dalam kompleks masjid. REUTERS/Ammar Awad
Sebelumnya, Menteri Energi Israel Yuval Steinits mengatakan dalam sebuah wawancara dengan radio bahwa Israel dan Arab Saudi telah melakukan kontak beberapa kali, namun mereka merahasiakannya atas permintaan Saudi.
Pada Oktober 2017, dua mantan kepala intelijen Israel dan Arab Saudi bertemu untuk bertukar pikiran mengenai kebijaksanaan Amerika Serikat di Timur Tengah.
Koran Swiss itu dalam laporannya menyebutkan, "Bekas kepala intelijen Arab Saudi Pangeran Turki al-Faisal telah mengadakan pembicaraan dengan bekas pimpinan Mossad Efraim Halevy. Pada pertemuan tersebut al-Faisal menyatakan siap berpartisipasi dengan rekannya dari Israel di acara simposium masyarakat Yahudi di Pusat Komunitas Yahudi di New York."
"Hingga saat ini, Riyadh menolak normalisasi hubungan resmi dengan Israel sepanjang konflik Palestina-Israel belum terselesaikan," kata Pierre Heumann, koresponden koran ini di Israel sebagaimana dikutip Middle East Monitor.
Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman saat melakukan kunjungan ke markas tentara Saudi sambil berbuka bersama di Najran, Arab Saudi, 29 Juni 2016. Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS
Koresponden ini mengutip sumber yang tak bersedia disebutkan namanya di Riyadh, "Kerajaan, saat ini, mempertimbangkan membeli senjata Israel dan telah menunjukkan ketertarikannya membeli senjata sistem pertahanan tank dan Iron Dome yang diklaim Israel terbukti efektif menghadapi serangan roket dari Jalur Gaza."
Menurut koran Swiss, Riyadh mencari rudal pencegat yang datang dari Yaman.
"Para pengamat dari Tel Aviv dan Riyadh membenarkan bahwa kerjasama keamanan Arab Saudi dan Israel meningkat pesat, kendati Arab Saudi menolak kabar yang berkembang," tulis koran Swiss tersebut.
Basler Zeitung melaporkan, sudah lama para elite Arab Saudi tak sungkan lagi melakukan kontak dengan perwakilan Israel. "Direktur CIA, Mike Pompeo, pernah mengumumkan pada awal Desember 2017 bahwa Arab Saudi melakukan hubungan langsung dengan Israel dan negara-negara Sunni lainnya di lapangan untuk menghadapi serangan teroris.
Sejumlah polisi perbatasan Israel berjaga-jaga saat warga Palestina melakukan salat yang merupakan aksi protes dipasangnya detektor logam di pintu masuk masjid Al Aqsa, Yerusalem, 16 Juli 2017. Polisi Israel mengatakan, pemasangan detektor logam diperlukan untuk mengamankan lokasi dan memastikan tidak ada senjata yang masuk ke dalam kompleks masjid. REUTERS/Ammar Awad
Sebelumnya, Menteri Energi Israel Yuval Steinits mengatakan dalam sebuah wawancara dengan radio bahwa Israel dan Arab Saudi telah melakukan kontak beberapa kali, namun mereka merahasiakannya atas permintaan Saudi.
Pada Oktober 2017, dua mantan kepala intelijen Israel dan Arab Saudi bertemu untuk bertukar pikiran mengenai kebijaksanaan Amerika Serikat di Timur Tengah.
Koran Swiss itu dalam laporannya menyebutkan, "Bekas kepala intelijen Arab Saudi Pangeran Turki al-Faisal telah mengadakan pembicaraan dengan bekas pimpinan Mossad Efraim Halevy. Pada pertemuan tersebut al-Faisal menyatakan siap berpartisipasi dengan rekannya dari Israel di acara simposium masyarakat Yahudi di Pusat Komunitas Yahudi di New York."
Credit TEMPO.CO