CB, Jakarta -Cina akan
membangun taman raksasa untuk mengembangkan kecerdasan buatan atau AI
yang berbiaya 13,8 miliar yuan atau setara Rp 30 triliun.
Taman teknologi raksasa yang diberi nama Beijing Park akan menjadi rumah untuk sekitar 400 perusahaan yang akan menghasilkan produk senilai 50 miliar yuan setiap tahunnya.
Taman ini nantinya akan diisi antara lain kampus yang sedang dibangun di kota Mentougou di sebelah barat Beijing. Pembangunan kampus dijadwalkan rampung lima tahun di atas lahan seluas 54,87 hektar.
Di taman ini akan tersedia data berukuran besar dengan kecepatan
tinggi, cloud computing, biometrik untuk fokus pada AI. Akan ada
internet bergerak dengan kemampuan 5G, layanan super komputer, dan
cloud.
Pengembang proyek taman ini adalah Zhongguancun Development Group yang bermitra dengan universitas di Cina dan luar negeri serta lembaga-lembaga penelitian dan perusahaan besar untuk menjadi pusat penelitian AI, termasuk juga laboratorium AI berskala nasional.
Pemerintah Cina pada Juli 2017 telah menyatakan bahwa negaranya telah merancang Cina menjadi pemimpin dunia di bidang AI pada tahun 2013. Cina bertujuan membuat industri tersebut yang nilainya mencapai 1 triliun yuan.
Cina ingin membuat terobosan besar dalam teknologi AI tahun 2025.
Selanjutnya, Beijing berharap dapat memperluas komersialisasi AI di Cina di area seperti kota-kota pintar, termasuk untuk kapabilitas militernya.
Rencana besar Cina di bidang AI ini telah menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat internasional.
Amerika Serikat, milsanya, sudah mencermatinya. Laporan Pentagon baru-baru ini menunjukkan betapa khawatirnya Washington terhadap perusahaan-perusahaan Cina yang berinvestasi di bidang start-up di Amerika Serikat. Sehingga akan mengetatkan pengawasan.
Menurut sejumlah ahli seperti Jim Breyer telah membandingkan persaingan antara Cina dan Amerika tentang AI seperti persaingan di bidang ruang angkasa pada era 50-an.
Begitupun, Breyer yakin Amerika akan memimpin Cina di bidang AI. "Mereka, Cina, tidak akan nomor satu, karena menurut saya level jenius dan kreativitas ada di Silicon Valley yang gigih dan selalu akan gigih," kata Breyer pada CNBC yang dikutip Asiaone, 4 Januari 2018.
Taman teknologi raksasa yang diberi nama Beijing Park akan menjadi rumah untuk sekitar 400 perusahaan yang akan menghasilkan produk senilai 50 miliar yuan setiap tahunnya.
Taman ini nantinya akan diisi antara lain kampus yang sedang dibangun di kota Mentougou di sebelah barat Beijing. Pembangunan kampus dijadwalkan rampung lima tahun di atas lahan seluas 54,87 hektar.
Pengembang proyek taman ini adalah Zhongguancun Development Group yang bermitra dengan universitas di Cina dan luar negeri serta lembaga-lembaga penelitian dan perusahaan besar untuk menjadi pusat penelitian AI, termasuk juga laboratorium AI berskala nasional.
Pemerintah Cina pada Juli 2017 telah menyatakan bahwa negaranya telah merancang Cina menjadi pemimpin dunia di bidang AI pada tahun 2013. Cina bertujuan membuat industri tersebut yang nilainya mencapai 1 triliun yuan.
Cina ingin membuat terobosan besar dalam teknologi AI tahun 2025.
Selanjutnya, Beijing berharap dapat memperluas komersialisasi AI di Cina di area seperti kota-kota pintar, termasuk untuk kapabilitas militernya.
Rencana besar Cina di bidang AI ini telah menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat internasional.
Amerika Serikat, milsanya, sudah mencermatinya. Laporan Pentagon baru-baru ini menunjukkan betapa khawatirnya Washington terhadap perusahaan-perusahaan Cina yang berinvestasi di bidang start-up di Amerika Serikat. Sehingga akan mengetatkan pengawasan.
Menurut sejumlah ahli seperti Jim Breyer telah membandingkan persaingan antara Cina dan Amerika tentang AI seperti persaingan di bidang ruang angkasa pada era 50-an.
Begitupun, Breyer yakin Amerika akan memimpin Cina di bidang AI. "Mereka, Cina, tidak akan nomor satu, karena menurut saya level jenius dan kreativitas ada di Silicon Valley yang gigih dan selalu akan gigih," kata Breyer pada CNBC yang dikutip Asiaone, 4 Januari 2018.
Credit TEMPO.CO