Selasa, 26 September 2017

Suku Kurdi Irak lakukan referendum kemerdekaan


Suku Kurdi Irak lakukan referendum kemerdekaan
Pengunjuk rasa meneriakkan slogan dalam sebuah protes terhadap referendum kemerdekaan di utara Irak, di Istanbul, Turki, Minggu (24/9/2017). (REUTERS/Murad Sezer )



Erbil, Irak (CB) - Orang Kurdi Irak pada Senin memberi suara mereka dalam referendum yang akan menentukan kemerdekaan Wilayah Kurdistan dan daerah sengketa yang saat ini secara de fakto berada dalam kendali Kurdi.

Sebanyak 5,2 juta orang yang memenuhi syarat sebagai pemilih di tiga provinsi Irak Utara --Erbil, Sulaimaniyah dan Dohuk-- serta daerah lain di luar wilayah itu, yang dikenal sebagai daerah sengketa, diperkirakan memberi suara mereka di 12.000 kotak suara di 2.000 tempat pemungutan suara di seluruh Wilayah Kurdi dan daerah sengketa.

Pemberi suara dijadwalkan memilih "Ya" bagi Negara Kurdi Merdeka atau "Tidak" untuk tetap menjadi bagian wilayah otonomi Negara Irak.

Komite Pemilihan Regional sebelumnya mengumumkan pemberian suara dimulai pada pukul 08.00 waktu setempat (12.00 WIB)( dan berakhir pada pukul 18.00 waktu setempat (22.00 WIB).

Pemerintah Irak telah berulangkali menolak referendum itu dan hasilnya, dan menggambarkannya sebagai tidak konstitusional.

"Mengambil keputusan secara sepihak yang akan mempengaruhi persatuan Irak dan melakukan pemisahan dari satu pihak bertolak-belakang dengan hukum dan tidak konstitusional. Dan kami takkan berhubungan dengannya atau dengan hasilnya," kata Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi sehari sebelumnya di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantai Antara di Jakarta, Senin malam.

Pada 7 Juni, Presiden Wilayah Kurdistan Masoud Barzani mengumumkan keinginannya untuk menyelenggarakan referendum pada 25 September mengenai kemerdekaan Wilayah Kurdistan dari Irak.

Kemerdekaan Kurdistan ditentang oleh banyak negara sebab itu akan mengancam keutuhan Irak dan sebab itu dapat merusak perang melawan gerilyawan IS.

Selain itu, negara tetangga Irak --Turki, Iran dan Suriah-- juga menentang referendum tersebut.



Credit  antaranews.com


Warga Kurdi Irak mulai referendum kemerdekaan


Warga Kurdi Irak mulai referendum kemerdekaan
Pengunjuk rasa meneriakkan slogan dalam sebuah protes terhadap referendum kemerdekaan di utara Irak, di Istanbul, Turki, Minggu (24/9/2017).(REUTERS/Murad Sezer )



Erbil (CB) - Pemungutan suara referendum kemerdekaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) di Irak utara dimulai pada Senin, mengabaikan ancaman dari negara tetangga dan kekhawatiran mengenai dampaknya pada ketidakstabilan dan kekerasan di Timur Tengah.

Tempat-tempat pemungutan suara membuka pintu mereka pukul 08.00 pagi waktu setempat dan harus menyelesaikan tugas pukul 18.00. Hasil akhirnya akan diumumkan dalam waktu 72 jam.

Pemungutan suara itu, yang diproyeksikan memberikan suara "ya" untuk kemerdekaan, tidak mengikat dan dimaksudkan untuk memberi Massoud Barzani mandat dalam merundingkan pemisahan daerah penghasil minyak itu dengan Baghdad dan negara-negara tetangganya.

"Kami sudah menunggu 100 tahun untuk hari ini," kata Rizgar, berdiri dalam antrean pria yang menunggu untuk memberikan suara di sebuah sekolah di Erbil, ibukota KRG.

"Kami ingin memiliki sebuah negara, dengan pertolongan Tuhan. Hari ini adalah sebuah perayaan untuk semua orang Kurdi. Atas izin Tuhan, kita akan memilih "ya", untuk Kurdistan tercinta," tambah dia.

Pemungutan suara itu terbuka untuk semua warga yang terdaftar, suku Kurdi dan non-Kurdi, di daerah-daerah yang dikuasai Kurdi di Irak utara dengan syarat berusia 18 tahun ke atas, menurut komisi referendum.

Komisi memperkirakan jumlah pemilih yang memenuhi syarat jumlahnya sekitar 5,2 juta, termasuk mereka yang tinggal di luar negeri dan yang mengikuti pemungutan surat elektronik dua hari yang lalu.

Para pemilih harus mencentang "ya" atau "tidak" pada surat suara yang memberi mereka satu pertanyaan dalam bahasa Kurdi, Turki, Arab dan Assyria: "Anda ingin daerah Kurdistan dan daerah Kurdistan di luar Wilayah (Kurdistan) menjadi negara merdeka?"

Referendum tetap digelar meski dunia internasional gencar memberi tekanan pada Barzani untuk membatalkannya di tengah kekhawatiran bahwa tindakan tersebut akan memicu konflik baru dengan Baghdad dan negara tetangganya, Iran dan Turki.

Iran mengumumkan larangan penerbangan langsung ke dan dari Kurdistan pada Minggu, sementara Baghdad meminta pihak asing menghentikan perdagangan minyak langsung dengan Kurdistan dan meminta KRG menyerahkannya kendali bandara internasional dan pos perbatasan dengan Iran, Turki dan Suriah.

"Kami sudah melihat yang lebih buruk, kami telah merasakan ketidakadilan, kami telah menyaksikan pembunuhan dan blokade," kata Talat, menunggu untuk memberikan suara di Erbil.

"Atas izin Tuhan, kami akan menjadi seperti orang-orang lain di dunia. Kami akan memiliki kebebasan dan memiliki negara," tambah dia sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Turki mengancam akan melakukan aksi balasan namun tetap mempertahankan pipa ekspor minyak Kurdi yang melintasi wilayahnya yang terbuka.

Suku Kurdi Irak mengatakan bahwa pemungutan suara tersebut mengakui pentingnya kontribusi mereka dalam menghadapi kelompok ISIS setelah tentara Irak kewalahan menghadapi kelompok garis keras itu pada 2014 dan membuat ISIS menguasai sepertiga wilayah Irak.





Credit  antaranews.com