Kamis, 20 Juli 2017

Pasukan Keamanan Duterte Diserang Kelompok Komunis


Pasukan Keamanan Duterte Diserang Kelompok Komunis 
Pasukan pengamanan presiden (paspampres) Rodrigo Duterte ditembak kelompok komunis. (AFP PHOTO / Noel CELIS)


Jakarta, CB -- Empat orang pasukan pengamanan presiden (paspampres) Rodrigo Duterte terluka karena ditembak anggota kelompok komunis pada Rabu (19/7). Keempat paspampres itu dikabarkan terluka dan sudah dilarikan ke rumah sakit.

Pelaku melepaskan tembakan saat konvoi paspampres tengah melintas di jalan raya Mindanao. Duterte sendiri sedang tidak berada bersama konvoi saat insiden itu terjadi.

Pelaku diduga merupakan pemberontak dari kelompok komunis.



Seorang pejabat militer menyalahkan Tentara Rakyat Baru - pasukan bersenjata berjumlah 4000 orang dari Partai Komunis Filipina - atas penyergapan tersebut.

“Ini merupakan panggilan mereka bagi pasukan pemberontak dengan melancarkan serangan kepada pasukan pemerintah,” kata Brigadir Jenderal Gilberto Gapay, pejabat militer senior Filipina, kepada stasiun radio DZBB di Manila.

Serangan itu terjadi sehari setelah Duterte meminta Kongres memperpanjang darurat militer di Mindanao hingga Desember, untuk mengalahkan militan ISIS di Marawi.

Sebelumnya, darurat militer selama 60 hari telah ditetapkan di wilayah selatan Filipina itu, sejak konflik pecah pada 23 Mei. Namun pada Selasa, Duterte menyebut butuh perpanjangan waktu untuk membungkam ISIS.

Di sisi lain, di hari yang sama, kelompok komunis yang merupakan pasukan pemberontak tertua di Filipina, juga menyerukan serangan sebagai respons atas rencana perpanjangan darurat militer.



Komandan Paspampres Louie Dagoy mengatakan pasukannya tertembak saat mereka melintasi pos pemeriksaan yang dijaga pasukan pemberontak.

“Mereka berhasil melawan dan meminta bantuan dari basis tentara terdekat,” sebut juru bicara militer regional Mayor Ezra Balagtey, kepada AFP.

Adapun pemberontakan kelompok komunis yang terjadi sejak 1968, telah menelan lebih dari 30 ribu nyawa. Kelompok tersebut juga kerap melakukan dialog dengan pemerintah, termasuk dengan pemerintahan Duterte.

Mereka dijadwalkan kembali melakukan dialog bulan depan.



Credit  CNN Indonesia



Paspampres Ditembak Pemberontak, Duterte Ancam Batal Berdamai


Paspampres Ditembak Pemberontak, Duterte Ancam Batal Berdamai 
Presiden Filipina mengancam akan mengakhiri perundingan damai dengan pemberontak komunis setelah empat pengawalnya diduga ditembak oleh kelompok tersebut. (REUTERS/Erik De Castro)


Jakarta, CB -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengancam akan mengakhiri perundingan damai dengan pemberontak komunis setelah kelompok itu diduga menembak empat pengawalnya di Mindanao, Rabu (19/7).

"Presiden mengarahkan panel pemerintah untuk tidak melanjutkan perundingan damai formal kecuali jika pemberontak sayap kiri setuju untuk menghentikan serangan mereka terhadap pasukan pemerintah di Mindanao," bunyi pernyataan yang dikeluarkan kantor kepresidenan.

Sekelompok orang yang diduga anggota kelompok pemberontak itu tiba-tiba melepaskan tembakan ke arah konvoi paspamres Duterte saat melintas di jalan raya Mindanao. Saat itu, Duterte tidak ikut dalam rombongan tersebut.

Pemerintah menuding Tentara Rakyat Baru, kelompok Partai Komunis Filipina yang beranggota 4.000 pasukan, sebagai pelaku penyerangan.

Insiden terbaru ini terjadi sementara pasukan pemerintah berperang melawan militan Maute di Marawi, Mindanao, sejak 23 Mei lalu.

Partai komunis diduga meminta angkatan bersenjatanya melancarkan serangan untuk merespons rencana Duterte memperpanjang darurat militer hingga akhir 2017.

"Ini adalah bagian dari seruan mereka kepada kelompok bersenjata untuk menentang darurat militer, salah satunya dengan menyerang pasukan pemerintah," tutur Brigadir Jenderal Gilberto Gapay, seorang pejabat militer senior di Mindanao, diberitakan AFP.

Tentara Rakyat Baru merupakan gerakan pemberontak paling tua di Asia. Pemberontakan komunis yang dimulai pada 1968 lalu di Filipina dilaporkan telah menewaskan setidaknya 30.000 orang.

Perundingan damai antara pemberontak komunis dan pemerintah telah berjalan sejak Duterte menjabar sebagai presiden pada pertengahan tahun lalu.

Kedua belah pihak sepakat melakukan gencatan senjata, meski tidak berlangsung lama.

Pada Mei lalu, Duterte menangguhkan pembicaraan damai formal dengan kelompok tersebut, setelah kedua pihak gagal menyelesaikan perselisihan dan pemberontak komunis semakin meningkatkan serangannya.
Sebagai upaya mengakhiri kebuntuan, Duterte berencana mengirimkan negosiator untuk kembali membahas kemungkinan kesepakatan gencatan senjata.

Namun, sebelumnya pemerintah memperingatkan kelompok itu harus bisa mempertahankan komitmennya dan "mengakhiri segala operasi pemerasan serta perlawanan terhadap militer dan polisi Filipina".




Credit  CNN Indonesia