Pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan
Nasrallah yang menyatakan bahwa Arab Saudi telah mendorong Libanon ke
fase konflik politik baru dengan menangguhkan paket bantuan kepada
tentara Lebanon. (Reuters/Aziz Taher)
Negara Teluk mengecam gerakan Hizbullah yang mendukung pemerintah Bashar al-Assad dalam perang Suriah. Selain itu, penetapan ini terjadi Riyadh memutuskan hubungan dengan Teheran menyusul pembakaran kantor kedutaan Saudi di Teheran setelah Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka.
Keputusan Liga Arab pada Jumat (11/3) disahkan oleh mayoritas menteri luar negeri dari pan-Arab kecuali Libanon dan Irak yang menyatakan "keberatan," menurut diplomat Bahrain, Wahid Mubarak Sayar.
"Resolusi Dewan Liga Arab (dari menteri luar negeri) termasuk penunjukan Hizbullah sebagai kelompok teroris," katanya sembari membacakan pernyataan di markas Liga Arab di Kairo.
Sayar memaparkan bahwa Aljazair menyatakan akan mengamati keputusan, meskipun ia tidak memberikan rincian terkait hal itu.
Januari lalu, Bahrain yang merupakan anggota GCC menyatakan telah membongkar sel "teroris" yang diduga terkait dengan Pengawal Revolusi Iran dan Hizbullah.
Saudi dan sejumlah negara Teluk juga menuduh Iran mendukung pemberontak Syiah Houthi di Yaman, serta berusaha untuk mengacaukan rezim mereka sendiri.
Meski demikian, Irak menolak untuk mendukung keputusan itu. Menteri Luar Negeri Irak, Ibrahim al-Jaafari menolak mencap Hizbullah sebagai kelompok teroris, sehingga memicu delegasi Saudi untuk meninggalkan ruangan sebagai tanda protes.
Dalam sambutannya di televisi Mesir, CBC Extra, Jaafari memuji pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah yang "berjuang menghadapi terorisme dan Israel dengan keberanian."
Credit CNN Indonesia