Senin, 28 Maret 2016

Pertamina Tambah Dua Kapal Senilai US$62 Juta


Pertamina Tambah Dua Kapal Senilai US$62 Juta  
Dua kapal tersebut berkonsep Eco-Ship, yaitu MT Sanana dan MT Serui yang masing-masing berbobot mati 40.000 long ton dead weight (LTDW). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
 
Jakarta, CB -- PT Pertamina (Persero) menerima kedatangan dua kapal berkonsep Eco-Ship, yaitu MT Sanana dan MT Serui yang masing-masing berbobot mati 40.000 long ton dead weight (LTDW) dengan nilai investasi sekitar US$62 juta.

Serah terima kapal dilakukan pada Minggu (27/3) oleh New Times Shipbuilding kepada Pertamina yang diterima secara simbolik oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan disaksikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan kedua kapal yang merupakan sister ship dari MT Sanggau yang telah diserahterimakan pada Januari lalu tersebut juga akan digunakan untuk mengangkut minyak mentah ke kilang-kilang Pertamina.

MT Sanana, MT Serui, dan MT Sanggau yang diambil dari nama-nama Terminal BBM Pertamina di Maluku, Papua, dan Kalimantan Barat tersebut dibangun oleh Newtimes Shipbuilding Co. Ltd, yang berlokasi di Jingjiang, Provinsi Jiangsu, China.

“Kehadiran MT Sanana dan MT Serui menjadikan jumlah armada milik Pertamina kini mencapai 68 dari total 273 kapal pengangkut energi yang dioperasikan Pertamina untuk menjamin ketahanan energi nasional,” kata Dwi dalam keterangan resmi, dikutip Senin (28/3).

Ia mengaku MT Sanana dan MT Serui akan berlayar menuju pelabuhan di Indonesia pada akhir Maret dan diperkirakan akan mulai beroperasi pada akhir April 2016, atau lebih cepat lima pekan dari target semula.

Menurutnya, kapal dengan investasi masing-masing US$31 juta tersebut mampu mengangkut minyak mentah maksimal 315.000 barel atau jauh lebih besar dibandingkan dengan kapal regular dengan bobot sama yang hanya sanggup mengangkut sekitar 200.000 barel.

“Dengan konsep Eco-Ship, dari sisi daya angkut sangat terlihat jauh berbeda dan jelas akan sangat menguntungkan bagi Pertamina dalam konteks mencapai efisiensi,” katanya.

Dwi menilai penambahan kapal milik merupakan langkah terobosan Pertamina dalam meningkatkan efisiensi biaya transportasi minyak mentah. Sehingga produk akhir Pertamina dapat memiliki daya saing yang tinggi, di mana total biaya transportasi menjadi pertaruhan Pertamina dalam persaingan bisnis hilir migas.

Hingga akhir 2016, Pertamina direncanakan memiliki 72 unit kapal yang berstatus milik. Sebanyak 34 unit kapal atau 47 persen merupakan kapal yang diproduksi oleh galangan kapal nasional, di mana 30 unit di antaranya telah beroperasi dan 4 unit masih dalam tahap konstruksi.

Rini Soemarno mengapresiasi langkah strategis Pertamina untuk melakukan optimalisasi pemanfaatan kapal-kapal milik yang dipercaya dapat meningkatkan efisiensi pendistribusian minyak dan produk minyak Pertamina. Menurutnya, langkah tersebut sangat relevan dengan semakin terbukanya kompetisi yang menuntut Pertamina harus lebih efisien dan kompetitif.

Ia menilai Pertamina juga dapat menjadi role model bagi industri perkapalan di Tanah Air. Pertamina dapat melakukan transfer knowledge dari pengalamannya bermitra dengan perusahaan-perusahaan global di sektor perkapalan kepada perusahaan galangan kapal dalam negeri.

"Seperti kita tahu, baru PT PAL memiliki kemampuan membuat kapal dengan ukuran 30.000 LTDW,” katanya.


Di sisi lain, Rini mengaku untuk keperluan efisiensi distribusi minyak dan produk di dalam negeri serta ekspansi internasional, Pertamina memerlukan kapal-kapal berukuran besar yang belum dapat dibangun di galangan kapal nasional.

“Sehingga untuk saat ini Pertamina harus bermitra dengan perusahaan global untuk memenuhi kebutuhan kapal dengan spesifikasi tersebut. Secara bertahap nanti, galangan kapal harus dapat meningkatkan kemampuannya sehingga benar-benar memenuhi seluruh kebutuhan Pertamina," kata Rini.



Credit  CNN Indonesia