Kelompok Syiah, Hizbullah, memiliki
hubungan dekat dengan Iran, rival terbesar Saudi di kawasan Timur
Tengah. (Reuters/Ali Hashisho)
Kementerian Dalam Negeri Saudi merilis pernyataan, seperti dikutip kantor berita Saudi, SPA, pada Minggu (13/3) bahwa warga Saudi dan ekspatriat akan dikenakan "hukuman berat" di bawah peraturan kerajaan dan undang-undang anti-terorisme Saudi, jika diketahui mendukung Hizbullah, baik secara finansial maupun membantu menyembunyikan anggotanya.
"Setiap warga negara atau penduduk yang mendukung, menunjukkan keanggotaan dalam Hizbullah, bersimpati atau mempromosikan kelompok itu, menyumbang atau berkomunikasi atau membantu menyembunyikan anggota kelompok itu, akan dikenakan hukuman yang keras yang diatur oleh hukum, termasuk undang-undang terorisme dan pendanaan ilegal," bunyi pernyataan Saudi.
Langkah keras pemerintah Saudi ini dilakukan setelah negara-negara Liga Arab dan Dewan Kerja Sama Teluk menetapkan Hizbullah sebagai organisasi teroris bulan ini.
Penetapan ini akan meningkatkan kemungkinan dijatuhkannya sanksi lebih lanjut terhadap Hizbullah, kelompok yang memiliki pengaruh di Lebanon dan dilaporkan membantu pasukan Presiden Bashar al-Assad dalam perang sipil di Suriah.
Hizbullah memiliki hubungan dekat dengan Iran, rival terbesar Saudi di kawasan Timur Tengah. Saudi mendukung kelompok oposisi Suriah untuk menggulingkan Assad dan menyalahkan Iran serta Hizbullah yang membantu Assad setelah Suriah dilanda perang saudara yang berlangsung hampir lima tahun.
Saudi dan sejumlah negara Teluk juga menuduh Iran mendukung pemberontak Syiah Houthi di Yaman, serta berusaha untuk mengacaukan rezim mereka sendiri.
Dalam sambutannya di televisi Mesir, CBC Extra, Menteri Luar Negeri Irak, Ibrahim al-Jaafari memuji pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah yang "berjuang menghadapi terorisme dan Israel dengan keberanian."
Sementara, Nasrallah mengkritik Saudi dan menuduh Saudi menjadi dalang serentetan serangan bom mobil di Libanon.
Credit CNN Indonesia