Kamis, 24 Maret 2016

Antisipasi Teror, Pusterad TNI Revisi Doktrin Militer



Antisipasi Teror Pusterad TNI Revisi Doktrin Militer
Danpusterad Mayjen TNI Heboh Susanto saat memberikan paparannya mengenai peran dan fungsi pertahanan teritorial di Pusterad, Jakarta Timur. (Sindonews/Sucipto)

JAKARTA - Pusat Teritorial Angkatan Darat (Pusterad) merevisi doktrin militer terkait dengan pertahanan teritorial. Langkah itu sebagai upaya untuk memperkuat pertahanan dalam mengantisipasi ancaman teror yang marak akhir-akhir ini di berbagai negara.

"Pertahanan wilayah atau teritorial harus di engineering dalam artian diberdayakan dan diperkuat secara sistemik dan berkelanjutan. Saat ini revisi masih dalam tataran soft ware, menyusun ulang doktrin, dirubah mana yang enggak cocok," ujar Komandan Pusterad Mayjen TNI Heboh Susanto kepada wartawan di Jakarta, Rabu (23/3/2016)

Dia mencontohkan, salah satu yang direvisi adalah metode pembinaan teritorial (Binter). Jika sebelumnya metode tersebut dilakukan satu arah namun, sekarang tidak lagi.

"Dalam militer ada yang namanya operasi militer selain perang (OMSP) yakni memberdayakan pertahanan wilayah, bukan cuma fisik tapi juga non fisik," ujarnya.

Karenanya, Pusterad saat ini berupaya meningkatkan peran jajarannya di tingkat Komando Resort Militer (Korem) dalam membentuk pertahanan rakyat semesta (Permesta) dimana TNI sebagai komponen utama sedangkan rakyat sebagai komponen cadangan.

"Kita punya kemampuan mengkaji, kemampuan dalam membangun ideologi dan politik, ini dijadikan satu, kita berikan datanya ke forum pimpinan daerah (Forpimda)," katanya.

Susanto menyadari, sejak reformasi bergulir ada upaya-upaya pelemahan terhadap TNI dan pembunuhan karakter terhadap bangsa ini. Salah satunya melalui narkoba. Menurut Susanto, narkoba merupakan bagian dari perang modern yang digunakan musuh untuk melemahkan Indonesia.
"Ketidakberdayaan ini memang dibuat, tapi bukan berarti kita tidak berbuat. Sekarang yang mengendalikan dunia itu non state yaitu kumpulan orang-orang kaya," paparnya.

Susanto menambahkan, dalam perang modern wilayah pertahanan tidak hanya meliputi geografi dan demografi tapi juga mencakup ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, sosial dan budaya. "Jadi enggak bisa berjalan sendiri harus ada nonmiliternya misalnya pemda. Ini pertahanan semesta, dan ini yang dilakukan Amerika yang meniru pola-pola kita, namun dengan cara yang lebih modern," ucapnya. 

Hal senada dikatakan Wakil Komandan Pusterad Brigjen TNI Nono Sudarsono. Menurut dia, engineering pertahanan teritorial adalah memberdayakan sumber daya yang ada untuk memperkuat pertahanan.


Credit  Sindonews