Selasa, 22 Maret 2016

Presiden Kuba Desak Obama Serahkan Teluk Guantanamo


Presiden Kuba Desak Obama Serahkan Teluk Guantanamo  
Presiden Kuba Raul Castro mendesak Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyerahkan kembali Teluk Guantanamo kepada mereka dan menghapuskan embargo ekonomi. (Reuters/Carlos Barria)
 
Jakarta, CB -- Presiden Kuba Raul Castro mendesak Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyerahkan kembali Teluk Guantanamo kepada mereka dan menghapuskan embargo ekonomi.

Hal ini disampaikan Castro dalam konferensi pers bersama Obama, Presiden AS pertama yang mengunjungi negara itu selama 88 tahun, Senin (21/3). Castro dalam konferensi pers langsung pertamanya mengatakan AS harus mengembalikan Guantanamo, wilayah di timur ujung Kuba.

Guantanamo kini menjadi pangkalan udara AS dan penjara khusus terorisme. Tahun 1903, wilayah itu disewakan oleh pemerintah Kuba kepada AS. Namun pemerintahan Kuba pimpinan Fidel Castro menganggap keberadaan AS di Guantanamo ilegal dan merupakan pendudukan.

Castro dalam wawancara dengan media juga menegaskan kembali bahwa Guantanamo adalah wilayah "pendudukan ilegal" dan mendesak dikembalikan ke Kuba.

Selain itu, Castro juga menyerukan pemerintah AS menghapuskan embargo. Menurut Castro, embargo AS adalah "hambatan terbesar bagi perkembangan ekonomi" Kuba dan akan mengganggu proses normalisasi hubungan kedua negara.

Obama tidak merespon permintaan Castro soal Guantanamo, namun dia mengaku optimistis embargo ekonomi terhadap Kuba bisa dihapuskan.

"Embargo akan berakhir. Namun saya tidak sepenuhnya yakin," kata obama.

Langkah Obama untuk menghapuskan embargo Kuba dijegal Kongres yang dipimpin Partai Republik. Obama terpaksa menggunakan hak eksekutifnya untuk menghapuskan sanksi perdagangan dan perjalanan terhadap Kuba.

Obama adalah presiden AS pertama yang mengunjungi Kuba setelah kelompok gerilyawan komunis pimpinan Fidel Castro menggulingkan pemerintah Fulgencio Batista yang disokong Washington tahun 1959. Presiden AS sebelumnya yang bertandang ke Havana adalan Calvin Coolidge tahun 1928.

Ketegangan AS-Kuba sedikit luntur setelah kedua negara sepakat menormalisasi hubungan pada 2014. Kerja sama kembali dicanangkan, mulai dari telekomunikasi hingga penerbangan langsung.

Masalah HAM dan tahanan politik di Kuba menjadi salah satu perhatian utama pemerintah Amerika Serikat, sekaligus pengganjal normalisasi penuh hubungan dua negara. Castro terlihat gusar saat ditanya wartawan soal tahanan politik yang masih mendekam di penjara.

"Katakan pada saya. Tahanan politik apa? Beri namanya? Jika ada tahanan politik, mereka akan dibebaskan sebelum malam," tegas pemimpin berusia 84 tahun itu.

Soal HAM juga membuat Castro gerah dan memutuskan hanya satu pertanyaan saja dari media Amerika. Dia mengatakan, pelanggaran HAM juga dilakukan oleh AS berupa kekerasan polisi dan penyiksaan tahanan di Guantanamo.

AS menurut Castro juga tidak sempurna, karena masih banyak ketimpangan hak-hak masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan dan kesetaraan wanita.

"Berapa banyak negara yang bisa memenuhi 61 hak asasi manusia? Apakah kau tahu? Saya tahu. Tidak ada, tidak ada," kata Castro.



Credit  CNN Indonesia