Kamis, 24 Maret 2016

Perang di Suriah, Bukti Kecerdasan Ibnu Khaldun


Perang di Suriah, Bukti Kecerdasan Ibnu Khaldun
Foto: Tim Desain detikcom

Jakarta - Suriah kini identik dengan pertempuran, pengungsi, dan ISIS. Peperangan juga pernah berkecamuk di kawasan ini sekitar 600 tahun lalu, namun sejarah mencatat yang mencuat justru dialog antara Timur, pemimpin pasukan Mongol, dengan intelektual Muslim ternama, Ibnu Khaldun.

Ibnu Khaldun adalah pemikir Islam yang dianggap sebagai bapak ilmu sejarah dan ilmu sosial yang lahir di Tunisia pada 1332. Ia wafat pada 19 Maret 1406 di Mesir dan mewariskan karya tulisan ternama, The Muqaddimah. Buku tersebut juga masuk dalam daftar bacaan CEO Facebook Mark Zuckeberg.

Pertemuan dengan Timur tersebut terekam dalam otobiografi Ibnu Khaldun. Ia menulis, pada 1401 berada di Damascus yang kini berada di Suriah.

Ia mengikuti peperangan antara pasukan Sultan Nasir-ad-Din Faraj dari Kesultanan Mamluk, Mesir, dengan bangsa Mongol. Di tengah perang, Sultan Faraj memilih meninggalkan Damascus dan kembali ke Mesir karena mencemaskan adanya pemberontakan.

Ibnu Khaldun memilih tetap di Damaskus bahkan hingga terkepung selama tujuh minggu di kota itu. Mengetahui ada sejarawan Kesultanan Mamluk di dalam kota, Timur meminta bertemu.

Saat itu Ibnu Khaldun diturunkan dari tembok kota memakai tali dan keranjang. Negosiasi pun berubah jadi diskusi soal politik dan geografi.

Timur bertanya soal kondisi daerah di Afrika Utara kepada Ibnu Khaldun. Pertanyaan yang tak terlalu sulit bagi Khaldun karena ia leluhurnya berasal dari Hadramaut di Yaman dan ia lahir di Tunisia, serta pernah mengabdi di berbagai kesultanan di Afrika Utara.

Ia menuliskan pengetahuannya itu untuk Timur. Namun pada saat yang sama, Ibnu Khaldun juga mencari tahu dan menulis sejarah bangsa Mongol dan Timur sebagai pemimpinnya agar penguasa di Afrika Utara tahu dan bisa belajar soal bangsa penakluk ini.

"Ibnu Khaldun menulis sejarah tertua tentang Arab, bangsa Mongol dari Asia Tengah, dan kesultanan di Afrika Utara dan Andalusia" kata penulis buku Orange Trees of Marakesh, Ibn Khaldun and the Science of Man, Stephen Frederic Dale seperti dikutip islamicommentary.org. Bahkan, kata Dale, ia bisa menjelaskan kebangkitan dan kejatuhan kesultanan-kesultanan tersebut.






Credit  detikNews