Mayoritas dari pendukung ISIS ini adalah perempuan.
Bahkan
bagi pasukan yang didukung Amerika Serikat yang sudah mengepung Baghouz
- kantong perlawanan terakhir ISIS di Suriah Timur - jumlah pejuang dan
penduduk sipil yang menyerahkan diri masih menimbulkan kejutan.
Pengungsi pendukung IS
Hampir 500 pria sudah melarikan diri
dari tempat tersebut, dan menyerahkan diri dalam dua hari terakhir
setelah pasukan Kurdi mulai melakukan usaha terakhir untuk menaklukkan
perlawanan ISIS.
Pejuang ISIS dari Irak, Belgia, Prancis dan negara lain duduk bersama-sama di gurun di bawah penjagaan ketat pasukan koalisi.
Sekitar satu kilometer dari tempat tersebut tampak sekelompok perempuan dan anak-anak.
Sekitar
dua ribu diantara perempuan dan anak-anak tersebut dimasukkan ke dalam
truk dan dibawa ke daerah lain untuk diperiksa apakah mereka membawa
bahan peledak atau senjata yang disembunyikan.
"Bila ada cara untuk kembali ke ISIS, saya tidak akan ragu-ragu kembali"
Para
perempuan yang meninggalkan kantong perlawanan terakhir ISIS ini akan
bergabung dengan ribuan lainya di kamp pengungsi, sementara pejuang pria
dibawa ke penjara atau diserahkan ke pihak berwenang Irak.
Photo: Anak-anak dan perempuan sekarang dibawa ke tempat pengungsian, sementara pejuang pria ditahan dan diinterogasi. (ABC News: Adam Harvey)
Banyak
diantara mereka adalah orang asing, termasuk sekelompok perempuan asal
Prancis yang mengatakan mereka ditembaki ketika hendak meninggalkan
wilayah itu.
Seorang perempuan terbaring di tanah, dalam keadaan kritis, dengan anak-anaknya yang masih muda duduk dengan diam di dekatnya.
Seorang
perempuan lain menunggu untuk bisa masuk ke kamp pengungsi sehingga
petugas kesehatan bisa mengeluarkan peluru yang bersarang di pahanya.
Meskipun begitu, kebanyakan perempuan ini masih setia dengan perjuangan ISIS.
"Bila
ada cara untuk bisa kembali ke ISIS, saya tidak akan ragu-ragu, kami
tidak memiliki martabat di sini." kata seorang perempuan Irak.
"Ini belum berakhir, ini tidak akan berakhir, kami tahu di satu hari nanti khilafah akan kembali."
Sanna seorang perempuan asal Helsinki Finlandia sudah hidup di daerah yang dikuasai ISIS selama empat setengah tahun.
"Seluruh keluarga datang. Pada awalnya kehidupan normal seperti kehidupan di Finlandia, namun kemudian berubah." katanya.
Photo:
Sanna dari Finlandia dan keempat anaknya keluar setelah empat tahun
hidup di bawah ISIS dan memperkirakan akan dipenjara ketika kembali ke
Finlandia. (ABC News: Suzanne Dredge)
Sanna mengatakan dia lega bisa keluar dari sana bersama keempat anaknya, dan ingin kembali ke Finlandia.
"Kami ingin keluar dari sini lebih dari sebulan lalu namun tidak ada cara untuk keluar." katanya.
"Keadaan
sangat buruk selama beberapa minggu terakhir, tidak ada makanan, banyak
pemboman, dan kita bisa melihat anak-anak tewas jadi korban."
Dia mengatakan dia akan dipenjara bila kembali ke Finlandia.
Kelompok
terbaru para pendukung ISIS ini akan dibawa ke kamp yang dikuasai
kelompok Kurdi dimana mereka kana bergabung dengan ribuan pria, wanita
dan anak-anak lainnya.
Photo:
Ribuan perempuan dan anak-anak bersiap untuk dibawa ke kamp pengungsi
setelah meninggalkan wilayah terakhir yang dikuasai oleh ISIS. (ABC News: Tom Hancock)
Lebih dari 20 ribu orang telah mengungsi, banyak yang mengalami cedera serius
Pekerja
bangtuan dari Amerika Serikat David Eubank telah menangani ratusan
orang selama beberapa hari terakhir di sebuah tenda di dekat area
pengecekan para keluarga ISIS.
Eubank mengatakan banyak anak-anak yang terluka dan menunggu perawatan kesehatan darurat.
"Ini
adalah bencana dan kebanyakan disebabkan oleh ISIS, kebencian yang
mereka perlihatkan kepada dunia, kematian dan pembunuhan, yang sekarang
kembali menghantui mereka sendiri."
"Mereka langkah
demi langkah mundur di koridor sepanjang sungai Eufrat, dan sekarang
terkepung di Baghouz dan kalau kita lihat di sini, hanya ada beberapa
gedung yang tersisa dan kebanyakan rusak. dan ada ribuan tenda , dan
truk, itulah yang ada."
Eubank mengatakan sekitar 20
ribu orang telah mengungsi selama sebulan terakhir, dan menurut
perkiraannya hanya beberapa ribu orang saja yang masih tersisa di
Baghouz.
Kelompknya bernama Free Burma Rangers telah memberikan bantuan medis kepada banyak orang yang mengalami cedera parah.
"Kami
merawat cedera lama, orang yang ditembak dua bulan lalu, seorang
perempuan kakinya hancur karena ledakan, dan putrinya sudah merawat
ibunya selama dua bulan terakhir." katanya.
"Kami
melihat 12 anak yang meninggal sejak kami di sini, dan merawat lebih
dari 2 ribu orang yang terkena luka mortir dan senjata api."