BERLIN
- Menteri Pertahanan (Menhan) Jerman Ursula von der Leyen
memperingatkan bahwa rudal jarak menengah China menjadi ancaman bagi
Rusia. Menurutnya, misil Beijing mampu mencapai wilayah negara penerus
Uni Soviet tersebut.
Peringatan itu dia sampaikan dalam wawancara dengan Focus yang dikutip Sputnik, Senin (4/3/2019). Ditanya apakah Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987 masih bisa diselamatkan setelah Amerika Serikat dan Rusia saling menunuh melanggar perjanjian satu sama lain dan apakah China harus dimasukkan dalam perjanjian itu, von der Leyen menyarankan bahwa Moskow mungkin memiliki minat untuk memasukkan Beijing dalam semacam "perjanjian perlucutan senjata".
"Karena sama seperti roket Rusia yang merupakan ancaman bagi Eropa, demikian juga China pada Rusia," katanya.
Peringatan itu dia sampaikan dalam wawancara dengan Focus yang dikutip Sputnik, Senin (4/3/2019). Ditanya apakah Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987 masih bisa diselamatkan setelah Amerika Serikat dan Rusia saling menunuh melanggar perjanjian satu sama lain dan apakah China harus dimasukkan dalam perjanjian itu, von der Leyen menyarankan bahwa Moskow mungkin memiliki minat untuk memasukkan Beijing dalam semacam "perjanjian perlucutan senjata".
"Karena sama seperti roket Rusia yang merupakan ancaman bagi Eropa, demikian juga China pada Rusia," katanya.
Para
pejabat Jerman yang lain sebelumnya menyuarakan keprihatinan mereka
atas runtuhnya Perjanjian INF. Menteri Ekonomi dan Energi Peter Altmaier
tidak mengesampingkan pecahnya perlombaan senjata baru antara Amerika
Serikat (AS) dan Rusia sebagai imbas dari runtuhnya perjanjian era
Perang Dingin tersebut.
Surat kabar Jerman, Frankfurter Allgemeine, mengutip anggota Christian Democratic Union (CDU) Roderich Kiesewetter dan Rolf Mutzenich dari Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD), mengatakan bahwa rudal 9M729 baru Rusia harus dipindahkan ke sisi lain di Pegunungan Ural sehingga tidak bisa mencapai Eropa.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas pada bulan Desember lalu mengatakan bahwa Berlin akan menentang penyebaran rudal jarak menengah baru di Eropa jika Perjanjian INF runtuh.
Surat kabar Jerman, Frankfurter Allgemeine, mengutip anggota Christian Democratic Union (CDU) Roderich Kiesewetter dan Rolf Mutzenich dari Partai Sosial Demokrat Jerman (SPD), mengatakan bahwa rudal 9M729 baru Rusia harus dipindahkan ke sisi lain di Pegunungan Ural sehingga tidak bisa mencapai Eropa.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas pada bulan Desember lalu mengatakan bahwa Berlin akan menentang penyebaran rudal jarak menengah baru di Eropa jika Perjanjian INF runtuh.
“Dalam
situasi apa pun Eropa tidak boleh menjadi platform untuk debat
perlombaan senjata. Penempatan rudal jarak menengah baru akan menghadapi
penentangan yang luas di Jerman," katanya kepada kantor berita DPA.
Seperti diketahui, Pada 2 Februari 2019, AS mengumumkan telah menangguhkan kewajibannya berdasarkan Perjanjian INF. Washington mengultimatum Rusia selama enam bulan untuk kembali mematuhi perjanjian tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan bahwa penghancuran semua rudal 9M729 berbasis darat Rusia dan peluncurnya adalah kunci penyelamatan Perjanjian INF.
Seperti diketahui, Pada 2 Februari 2019, AS mengumumkan telah menangguhkan kewajibannya berdasarkan Perjanjian INF. Washington mengultimatum Rusia selama enam bulan untuk kembali mematuhi perjanjian tersebut.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan bahwa penghancuran semua rudal 9M729 berbasis darat Rusia dan peluncurnya adalah kunci penyelamatan Perjanjian INF.
Pada hari berikutnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow juga menangguhkan kewajibannya di bawah Perjanjian INF sebagai pembalasan atas keputusan AS. Presiden Putin bahkan menginstruksikan menterinya untuk tidak memulai pembicaraan dengan rekan-rekan mereka dari AS mengenai masalah ini. Kendati demikian, Putin menyatakan bahwa Moskow masih terbuka untuk negosiasi.
Perjanjian INF ditandatangani pada tahun 1987 antara pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan pemimpin AS Ronald Reagan. Dalam perjanjian itu, kedua pihak setuju untuk menghancurkan semua rudal balistik berbasis darat yang memiliki jangkauan antara 500 dan 5.500 km.
Credit sindonews.com