Senin, 11 Maret 2019

Kolumnis Washington Post Khashoggi Terbunuh karena Isu Nuklir?



Presiden Donald Trump menyambut kedatangan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 20 Maret 2018. Lawatan Mohammed bin Salman diperkirakan akan berbicara soal ancaman Iran, termasuk pengaruh dan pengembangan program nuklir Negeri Mullah itu. (AP Photo/Evan Vucci)
Presiden Donald Trump menyambut kedatangan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 20 Maret 2018. Lawatan Mohammed bin Salman diperkirakan akan berbicara soal ancaman Iran, termasuk pengaruh dan pengembangan program nuklir Negeri Mullah itu. (AP Photo/Evan Vucci)

CB, Alasan dibalik pembunuhan jurnalis ternama Arab Saudi, Jamal Khashoggi, menjadi salah satu bahasan dalam buku baru berjudul “Khashoggi and The Crown Prince: The Secret Files” oleh penulis Owen Wilson. Buku ini bakal diterbitkan oleh penerbit Gibson Square pada 14 Maret 2019.

Penulis yang menggunakan nama alias ini mengatakan Khasoggi mengetahui ambisi pimpinan kerajaan Arab Saudi untuk mendapatkan teknologi nuklir dari Amerika Serikat. Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat membuka peluang ini. Pimpinan kerajaan merasa khawatir Khashoggi akan berbicara soal ini di media dan membuat rencana ini batal.
“Saudi tahu bahwa Khashoggi tahu mengenai hasrat lama Arab Saudi untuk mengembangkan kemampuan teknologi nuklir sebagai penyeimbang terhadap teknologi nuklir Iran, yang menjadi musuh nomor satu Saudi,” begitu dilansir Daily Mail dari buku karya Owen Wilson pada Jumat, 8 Maret 2019.

Menurut Wilson, Khashoggi kemungkinan juga tahu bahwa Trump, yang memiliki kedekatan dengan keluarga kerajaan Saudi, berkeinginan menjual teknologi nuklir itu ke Arab Saudi. “Ini membuat Khashoggi menjadi beban bagi kerajaan Saudi sehingga ini hanya bisa diatasi dengan mengeliminasinya,” begitu kata Wilson menarik kesimpulan.

Skenario penjualan teknologi nuklir AS ke Arab Saudi terkesan hal yang sulit terealisir namun belakangan terungkap ada pembicaraan intensif soal ini dengan pejabat senior Gedung Putih, anggota keluarga Trump dan kroni bisnisnya yang mendorong penjualan teknologi sensitif ini ke Riyadh.
Nama Jared Kushner, yang merupakan menantu Trump dan menjadi utusan ke Timur Tengah, disebut sebagai salah satu yang terlibat erat dalam pembahasan ini
“Laporan Februari lalu oleh Komite Reformasi dan Pengawasan DPR, menunjukkan pembicaraan rahasia soal ini telah berlangsung selama beberapa waktu,” begitu dilansir Daily Mail mengutip buku karya Owen Wilson. Komite mendasarkan laporannya itu kepada dokumen Gedung Putih dan pembocor. “Namun, kesepakatan soal nuklir ini bakal melanggar UU Nonproliferasi.”

Arab Saudi memang menginginkan teknologi nuklir ini untuk pembangkit listrik dan bukan untuk kepentingan militer. Namun, transfer teknologi ini bisa menjadi jalan pembuka bagi Saudi untuk memproduksi senjata nuklir.
Khashoggi sendiri, selain dikenal sebagai jurnalis senior, dikenal memiliki jaringan yang dalam di pemerintahan Arab Saudi dan intelijennya. Dia dikenal dekat dengan Pangeran Turki al-Faisal, yang merupakan bekas kepala intelijen Saudi untuk waktu yang lama.

Karena kedekatan Khashoggi dengan kalangan kerajaan Arab Saudi dan intelijennya ini, otoritas Saudi merasa perlu menjaga jarak dan melarangnya berbicara di media. Ini membuat Khashoggi meninggalkan Riyadh pada 2017 dan tinggal di Virginia, AS, lalu mengirim tulisan ke Washington Post, yang kerap menulis kritik terhadap kebijakan Trump.





Credit  tempo.co