Senin, 25 Maret 2019

'Kekhalifahan' ISIS Jatuh, Trump Semringah


Kekhalifahan ISIS Jatuh, Trump Semringah
Pasukan SDF mengibarkan bendera kuning di atas bangunan yang direbut dari ISIS di Baghouz. Foto/Istimewa

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyambut baik jatuhnya "kekhalifahan" kelompok Negara Islam (ISIS). Namun ia juga memperingatkan bahwa kelompok teror itu tetap menjadi ancaman. Ia mengatakan AS akan tetap waspada sampai IS akhirnya dikalahkan

Pernyataan Trump muncul setelah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi mengangkat bendera kemenangan di kota Baghouz, Suriah, markas terakhir ISIS.

"AS akan terus bekerja dengan mitra dan sekutu kami untuk melawan ISIS sampai akhirnya dikalahkan," kata Trump alam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih.

"Amerika Serikat akan membela kepentingan Amerika kapanpun dan dimanapun diperlukan," bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari BBC, Minggu (24/3/2019).

Trump menggambarkan hilangnya wilayah ISIS sebagai bukti narasi palsu. "Mereka telah kehilangan semua prestise dan kekuasaan," imbuhnya.

Para pemimpin Barat juga memuji keberhasilan itu tetapi menekankan bahwa ISIS masih berbahaya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan ancaman tetap ada dan perang melawan kelompok-kelompok teroris harus berlanjut.

Sedangkan Perdana Menteri Inggris Theresa May menyambut "tonggak bersejarah" itu tetapi mengatakan pemerintahnya tetap berkomitmen untuk memberantas ideologi beracun.

ISIS di masa jayanya sempat menguasai 88 ribu km persegi wilayah di Suriah dan Irak. Namun, setelah lima tahun pertempuran sengit, pasukan lokal Suriah yang didukung oleh kekuatan dunia berhasil merebut wilayah yang dikuasai ISIS kecuali beberapa ratus meter persegi di dekat perbatasan Suriah dengan Irak. 

Pada hari Sabtu, pengumuman yang telah lama ditunggu-tunggu datang dari SDF bahwa mereka telah merebut wilayah ISIS terakhir.

Aliansi SDF memulai serangan terakhirnya terhadap ISIS pada awal Maret, dengan militan yang tersisa bersembunyi di desa Baghouz di Suriah timur.

Aliansi itu terpaksa memperlambat ofensifnya setelah diketahui bahwa sejumlah besar warga sipil juga ada di sana, berlindung di gedung, tenda, dan terowongan.

Ribuan wanita dan anak-anak, warga negara asing di antara mereka, melarikan diri dari pertempuran dan kekurangan parah untuk menuju kamp-kamp yang dikelola SDF untuk para pengungsi.

Banyak pejuang ISIS juga meninggalkan Baghouz, tetapi mereka yang tetap melakukan perlawanan sengit, mengerahkan pembom bunuh diri dan bom mobil.





Credit  sindonews.com