ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyamakan Brenton Tarrant, teroris pembantai 50 orang di dua masjid Selandia Baru, dengan kelompok Islamic State atau ISIS. Menurutnya, keduanya memiliki kesamaan dalam hal ideologi.
"Sebagai akibat dari pembantaian Christchurch, Barat memiliki tanggung jawab tertentu. Masyarakat dan pemerintah Barat harus menolak normalisasi rasisme, xenophobia dan Islamofobia, yang telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sangat penting untuk menetapkan bahwa ideologi yang melenceng seperti itu, seperti anti-Semitisme, sama dengan kejahatan terhadap kemanusiaan," tulis dia.
“Kami tidak bisa membiarkan ini lagi. Jika dunia ingin mencegah serangan di masa depan yang serupa dengan yang terjadi di Selandia Baru, itu harus dimulai dengan menetapkan bahwa apa yang terjadi adalah produk dari kampanye kotor terkoordinasi," sambung Erdogan.
Pemimpin Turki itu telah mengabaikan kritik yang meluas dengan tetap menunjukkan cuplikan video yang direkam oleh penembak di Selandia Baru. Erdogan menggunakan rekaman video itu untuk mengecam apa yang disebutnya sebagai peningkatan kebencian dan prasangka terhadap Islam.
Erdogan juga mengecam Selandia Baru dan Australia karena mengirim pasukan ke Turki dalam kampanye Perang Dunia I Gallipoli, dan mengklaim motif mereka berorientasi pada Islam.
Pada hari Rabu, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengutuk komentar yang dibuat oleh Erdogan. Menurutnya, komentar pemimpin Turki itu ceroboh dan sangat ofensif.
"Pernyataan Presiden Turki Erdogan dibuat bahwa saya menganggap sangat ofensif kepada Australia dan sangat ceroboh dalam lingkungan yang sangat sensitif ini," kata Morrison, setelah memanggil duta besar Turki dan menolak alasan yang ditawarkan.
"Saya mengharapkan, dan saya telah meminta, agar komentar ini diklarifikasi, untuk ditarik. Saya berharap itu terjadi," kata Morrison.
Credit sindonews.com