CB, Jakarta - Milisi ISIS kini sedang bertempur mempertahankan benteng terakhirnya di tepi sungai Eufrat, desa Baghouz, yang berbatasan dengan Irak.
Posisi ISIS di ujung tanduk, namun ancaman ISIS belum dipastikan hilang setelah kehilangan seluruh wilayahnya.
PBB mengungkapkan kelompok teroris ISIS masih memiliki dana tunai hingga US$ 300 juta (Rp 4,2 triliun) untuk mempertahankan operasinya meskipun kehilangan banyak wilayah, menurut laporan Sputnik.
Kehilangan Wilayah Bagi ISIS
Kekuasaan ISIS atas tanah di Irak dan Suriah membedakannya dari
kelompok-kelompok lain yang sepaham seperti Al Qaeda dan menjadi pusat
bagi misinya ketika ISIS mengumumkan kekhalifahan pada tahun 2014.
Penghancuran negara kuasi di Irak dan Suriah menyangkal legitimasi ISIS. Wilayah Irak dan Suriah menjadi alat propaganda dan perekrutan yang paling kuat serta basis logistik tempat mereka melatih para milisi, dan merencanakan serangan terkoordinasi di luar negeri, menurut laporan Reuters, 4 Maret 2019.
Di wilayahnya, ISIS juga melakukan eksekusi dan hukuman kejam karena melanggar hukum ketatnya atau terhadap sebagian minoritas, perbudakan seksual dan pembantaian.
Namun pertempuran memusnahkan ribuan milisinya, dan secara finansial, kekalahannya membuatnya kehilangan sumber daya yang lebih besar daripada yang dinikmati oleh gerakan teroris modern mana pun, termasuk pajak dari penghuninya dan hasil penjualan minyak.
Ancaman ISIS di Irak dan Suriah
Asap tebal terlihat di langit Baghouz, selama serangan ke kantong terakhir ISIS.[Sky News]
ISIS mengklaim diri sebagai cabang al Qaeda di Irak sepuluh tahun lalu, namun ditolak oleh kepemimpinan al Qaeda pusat. ISIS secara sembunyi-sembunyi memulai propaganda bawah tanahnya, menunggu waktunya untuk bangkit kembali secara tiba-tiba.
Sejak menderita kekalahan teritorial yang pada tahun 2017, ISIS terus beralih ke taktik bawah tanah. Sel-sel ISIS yang tidur di Irak mulai melakukan penculikan dan pembunuhan untuk mengintimidasi pemerintah Baghdad.
ISIS juga telah melakukan banyak pengeboman di timur laut Suriah, yang dikendalikan oleh pasukan Kurdi yang didukung AS, termasuk yang menewaskan empat orang Amerika pada Januari. Pejabat Kurdi dan AS mengatakan ISIS tetap menjadi ancaman di sana.
Di Suriah, para milisi IS berada di ambang kekalahan di wilayah terakhirnya di Baghouz, perbatasan Irak.
Namun mereka masih bercokol di wilayah yang jarang penduduknya di sebelah barat Sungai Eufrat di daerah yang dikuasai pemerintah Suriah.
Bagaimana Nasib Pengikut ISIS?
Posisi ISIS di ujung tanduk, namun ancaman ISIS belum dipastikan hilang setelah kehilangan seluruh wilayahnya.
PBB mengungkapkan kelompok teroris ISIS masih memiliki dana tunai hingga US$ 300 juta (Rp 4,2 triliun) untuk mempertahankan operasinya meskipun kehilangan banyak wilayah, menurut laporan Sputnik.
Kehilangan Wilayah Bagi ISIS
Penghancuran negara kuasi di Irak dan Suriah menyangkal legitimasi ISIS. Wilayah Irak dan Suriah menjadi alat propaganda dan perekrutan yang paling kuat serta basis logistik tempat mereka melatih para milisi, dan merencanakan serangan terkoordinasi di luar negeri, menurut laporan Reuters, 4 Maret 2019.
Di wilayahnya, ISIS juga melakukan eksekusi dan hukuman kejam karena melanggar hukum ketatnya atau terhadap sebagian minoritas, perbudakan seksual dan pembantaian.
Namun pertempuran memusnahkan ribuan milisinya, dan secara finansial, kekalahannya membuatnya kehilangan sumber daya yang lebih besar daripada yang dinikmati oleh gerakan teroris modern mana pun, termasuk pajak dari penghuninya dan hasil penjualan minyak.
Ancaman ISIS di Irak dan Suriah
Asap tebal terlihat di langit Baghouz, selama serangan ke kantong terakhir ISIS.[Sky News]
ISIS mengklaim diri sebagai cabang al Qaeda di Irak sepuluh tahun lalu, namun ditolak oleh kepemimpinan al Qaeda pusat. ISIS secara sembunyi-sembunyi memulai propaganda bawah tanahnya, menunggu waktunya untuk bangkit kembali secara tiba-tiba.
Sejak menderita kekalahan teritorial yang pada tahun 2017, ISIS terus beralih ke taktik bawah tanah. Sel-sel ISIS yang tidur di Irak mulai melakukan penculikan dan pembunuhan untuk mengintimidasi pemerintah Baghdad.
ISIS juga telah melakukan banyak pengeboman di timur laut Suriah, yang dikendalikan oleh pasukan Kurdi yang didukung AS, termasuk yang menewaskan empat orang Amerika pada Januari. Pejabat Kurdi dan AS mengatakan ISIS tetap menjadi ancaman di sana.
Di Suriah, para milisi IS berada di ambang kekalahan di wilayah terakhirnya di Baghouz, perbatasan Irak.
Namun mereka masih bercokol di wilayah yang jarang penduduknya di sebelah barat Sungai Eufrat di daerah yang dikuasai pemerintah Suriah.
Bagaimana Nasib Pengikut ISIS?
Nasib pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, tetap menjadi misteri. Pakar pemerintah AS sangat percaya dia masih hidup dan mungkin bersembunyi di Irak, kata sumber-sumber AS baru-baru ini.
Sementara para pemimpin eselon tinggi ISIS lainnya tewas dalam serangan udara.
Ribuan milisi ISIS beserta warga sipil pendukungnya juga tewas, dan ribuan lainnya ditangkap. Jumlah milisi ISIS yang tidak diketahui tetap buron di Suriah dan Irak.
Irak sedang mengadili, memenjarakan dan sering mengeksekusi milisi ISIS yang tertangkap. Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS menahan ratusan milisi dan pengikut ISIS.
Menjelang serangan terakhir di Baghouz, SDF mengatakan mereka menahan 800 milisi ISIS asing dan lebih dari 2.000 istri dan anak-anak mereka.
SDF terus mengevakuasi sejumlah besar pengikut ISIS dari Baghouz, jadi kemungkinan jumlah ini sekarang lebih tinggi.
Banyak operasi lokal tingkat rendah telah diluncurkan di Suriah.
SDF mengeluh bahwa negara-negara Barat enggan untuk mengambil kembali para milisi asing, yang dianggap sebagai ancaman keamanan di tanah air mereka.
Ancaman Luar Negeri Setelah ISIS Kalah
Seorang anggota SDF berbicara dengan seorang perempuan yang meninggalkan ISIS.[Sky news]
Ketika ISIS mempertahankan wilayah terakhirnya, kepala agen mata-mata Inggris MI6 memperingatkan bahwa kelompok itu akan kembali menggunakan serangan "asimetris".
Bahkan setelah mulai kehilangan kekuatan militer, ISIS masih mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang dilakukan di berbagai negara, meskipun sering kali ISIS dipersalahkan sebagai dalang tunggal.
Teror luar negeri ISIS dimulai bertahun-tahun yang lalu ketika meminta pengikutnya di luar negeri untuk merencanakan serangan mereka sendiri.
Pada awal 2018, kepala komando pusat militer AS mengatakan ISIS masih mampu untuk mendorong serangan di berbagai negara.
Pengaruh Kejatuhan ISIS Bagi Terorisme Global
Meskipun wilayah inti ISIS ada di Irak dan Suriah, milisi yang bertempur di negara-negara lain, terutama Nigeria, Yaman dan Afganistan, telah bersumpah setia.
Apakah kelompok-kelompok itu akan tetap setia, terutama jika Baghdadi ditangkap atau dibunuh, adalah pertanyaan terbuka, tetapi tampaknya kecil kemungkinan mereka akan segera mengakhiri kampanye teror mereka.
Al Qaeda juga mempertahankan banyak waralaba di seluruh dunia, dan kelompok-kelompok militan lainnya beroperasi di negara-negara di mana pemerintahan tidak stabil.
Ideologi teror telah lama membuktikan dirinya mampu bermutasi ketika keadaan berubah. Kekalahan ISIS tidak menjamin hilangnya peperangan, ketidakadilan, penindasan, kemiskinan, sektarianisme dan kebencian religius karena bisa dieksploitasi oleh kelompok teror serupa.
Credit tempo.co