Bamako, Mali (CB) - Sekelompok orang bersenjata semalam
menyerang dan sempat menguasai pangkalan militer Mali, menewaskan 16
tentara dan merusak lima kendaraan di daerah Mopti, Mali tengah, menurut
dua anggota dewan kota di kawasan tempat serangan terjadi, Minggu.
Markas militer tersebut terletak di desa Dioura, kata wali kota dari kota terdekat Kareri, Youssouf Coulibaly melalui telepon kepada Reuters. Mali tengah dalam beberapa tahun terakhir sempat dikuasai para pegaris keras Al Qaida.
"Saya saat ini berada di dalam markas, ada banyak jenazah. Sejauh ini kami hitung ada 16," katanya.
Juru bicara tentara, Kolonel Diarran Kone, membenarkan serangan tersebut terjadi namun tidak memberi penjelasan lebih lanjut.
Kekerasan oleh kelompok garis keras semakin memburuk setiap tahun sejak pertama kali merebak di Mali pada 2012. Pada tahun itu, kaum garis keras jaringan pemberontak Tuareg mengambil alih kekuasaan di utara dan dan merangsek ke Ibu Kota Bamako, sampai pasukan gabungan pimpinan Prancis mendesak mundur mereka pada tahun berikutnya.
Kelompok-kelompok terkait Al Qaida dan IS menggunakan Mali tengah sebagai landasan untuk melancarkan serangan yang jumlahnya semakin meningkat di sepanjang wilayah Sahel, khususnya di negara negara tetangga Niger dan Burkina Faso, meskipun ada 4.500 pasukan Prancis di sana.
Mali tengah merupakan tempat keberadaan Front Pembebasan Macina pimpinan seorang kathib Salafiyah dan pemimpin militan, Amadou Koufa. Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly mengatakan pada November bahwa Koufa telah terbunuh dalam penggerebekan oleh pasukan Prancis.
Namun pada akhir bulan lalu, Koufa muncul dalam video propaganda baru yang mengejek pasukan Prancis dan Mali.
Markas militer tersebut terletak di desa Dioura, kata wali kota dari kota terdekat Kareri, Youssouf Coulibaly melalui telepon kepada Reuters. Mali tengah dalam beberapa tahun terakhir sempat dikuasai para pegaris keras Al Qaida.
"Saya saat ini berada di dalam markas, ada banyak jenazah. Sejauh ini kami hitung ada 16," katanya.
Juru bicara tentara, Kolonel Diarran Kone, membenarkan serangan tersebut terjadi namun tidak memberi penjelasan lebih lanjut.
Kekerasan oleh kelompok garis keras semakin memburuk setiap tahun sejak pertama kali merebak di Mali pada 2012. Pada tahun itu, kaum garis keras jaringan pemberontak Tuareg mengambil alih kekuasaan di utara dan dan merangsek ke Ibu Kota Bamako, sampai pasukan gabungan pimpinan Prancis mendesak mundur mereka pada tahun berikutnya.
Kelompok-kelompok terkait Al Qaida dan IS menggunakan Mali tengah sebagai landasan untuk melancarkan serangan yang jumlahnya semakin meningkat di sepanjang wilayah Sahel, khususnya di negara negara tetangga Niger dan Burkina Faso, meskipun ada 4.500 pasukan Prancis di sana.
Mali tengah merupakan tempat keberadaan Front Pembebasan Macina pimpinan seorang kathib Salafiyah dan pemimpin militan, Amadou Koufa. Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly mengatakan pada November bahwa Koufa telah terbunuh dalam penggerebekan oleh pasukan Prancis.
Namun pada akhir bulan lalu, Koufa muncul dalam video propaganda baru yang mengejek pasukan Prancis dan Mali.
Credit antaranews.com