Rabu, 20 Februari 2019

Palestina: Trump Ciptakan Masalah Baru di Kawasan



Palestina: Trump Ciptakan Masalah Baru di Kawasan
Palestina sebut Trump bukan menyelesaikan masalah yang ada di Timur Tengah, khususnya isu Israel-Palestina, tapi justru menciptakan masalah baru di kawasan. Foto/Reuters

RAMALLAH - Palestina mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump bukan menyelesaikan masalah yang ada di Timur Tengah, khususnya isu Israel-Palestina, tapi justru menciptakan masalah baru di kawasan.

Nabil Shaath, seorang penasihat untuk Presiden Palestina, Mahmoud Abbas menyatakan, Trump bukanlah orang yang mampu menciptakan perdamaian di kawasan. Dengan kebijakannya, ucap Shaath, Trump justru terus menerus menciptakan masalah baru.

"Trump bukanlah orang yang dapat menciptakan perdamaian di daerah itu. Dia adalah orang yang dapat melanjutkan masalah di daerah tersebut. Dan, pada kenyataannya, menciptakan masalah baru di daerah yang kadang-kadang sangat sulit diantisipasi," kata Shaath, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (19/2).

Shaath kemudian mengatakan, satu-satunya solusi yang mungkin untuk konflik Israel-Palestina hari ini adalah solusi dua negara. Namun, bagaimanapun, ini akan sulit untuk diterapkan di bawah pemerintahan Israel dan AS saat ini.

Dia juga mengatakan, dengan mengadakan konferensi tentang Timur Tengah di Polandia, berusaha untuk membangun aliansi Israel-Arab melawan Iran daripada mencari solusi jangka panjang untuk masalah-masalah kawasan, khususnya, konflik Israel-Palestina.


Konferensi "Menteri untuk Mempromosikan Masa Depan Perdamaian dan Keamanan di Timur Tengah" diadakan di Warsawa pada 13-14 Februari. Acara ini mayoritas membahas masalah Iran dan hanya sedikit menyinggung masalah Israel-Palestina.

"Gagasan pertemuan Warsawa diarahkan terhadap Iran. Ini adalah upaya untuk menciptakan aliansi Arab-Israel melawan Iran, itu bukan upaya untuk menciptakan perdamaian di Palestina. Konferensi ini bukan upaya untuk menciptakan solusi untuk masalah Palestina dan pada kenyataannya, masalah Israel," ungkapnya.



Credit  sindonews.com