Presiden Kim Jong un dan Donald Trump dijadwalkan bertemu di Vietnam pada pekan ini. (Reuters).
Jakarta, CB -- Korea Utara memperingatkan Presiden Donald Trump untuk tidak mendengarkan kritik dari kelompok oposisi di kongres AS terkait pertemuan Kim Jong Un dan Trump di Hanoi, Vietnam, pekan ini. Oposisi AS dinilai hanya mengganggu upaya perbaikan hubungan kedua negara.
Kedua pemimpin akan bertemu di Hanoi pada hari Rabu dan Kamis, delapan bulan setelah pertemuan puncak bersejarah mereka di Singapura. Pertemuan tahun lalu itu menjadi yang pertama antara presiden AS dengan seorang pemimpin Korea Utara, di mana mereka berjanji untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh semenanjung Korea.
Namun kesepakatan mereka yang tidak jelas telah menghasilkan sedikit hasil dan para senator Demokrat AS dan pejabat keamanan AS telah memperingatkan Trump agar tidak membuat kesepakatan yang akan sedikit membantu mengekang ambisi nuklir Korea Utara.
Dikutip dari Reuters, Minggu (25/2), Kantor berita resmi KCNA Korea Utara mengatakan, kubu Demokrat yang notabene oposisi pemerintahan disebut telah mengganggu rencana pembicaraan Kim dan Trump.
Kedua pemimpin akan bertemu di Hanoi pada hari Rabu dan Kamis, delapan bulan setelah pertemuan puncak bersejarah mereka di Singapura. Pertemuan tahun lalu itu menjadi yang pertama antara presiden AS dengan seorang pemimpin Korea Utara, di mana mereka berjanji untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh semenanjung Korea.
Namun kesepakatan mereka yang tidak jelas telah menghasilkan sedikit hasil dan para senator Demokrat AS dan pejabat keamanan AS telah memperingatkan Trump agar tidak membuat kesepakatan yang akan sedikit membantu mengekang ambisi nuklir Korea Utara.
Dikutip dari Reuters, Minggu (25/2), Kantor berita resmi KCNA Korea Utara mengatakan, kubu Demokrat yang notabene oposisi pemerintahan disebut telah mengganggu rencana pembicaraan Kim dan Trump.
"Jika pemerintah AS saat ini membaca wajah orang lain, mendengarkan orang lain, itu akan menghancurkan mimpi upaya perbaikan hubungan dengan DPRK dan perdamaian dunia dan kehilangan kesempatan bersejarah yang langka," demikian tulis kantor berita KCNA.
Pemerintahan Trump telah mendesak Korea Utara untuk menghentikan program senjata nuklirnya karena menimbulkan ancaman bagi AS.
Namun dalam beberapa hari terakhir Trump telah mengisyaratkan kemungkinan melunak dengan mengatakan ia akan senang akan menghapus sanksi jika ada kemajuan berarti dalam denuklirisasi.
Trump juga mengatakan dia tidak terburu-buru mengambil keputusan dan tidak merasa kesepakatan denuklirisasi Korea Utara adalah hal mendesak. Trump mengisyaratkan pendekatan timbal balik secara bertahap.
Sementara Korea Utara juga menginginkan jaminan keamanan usai Perang Korea pada 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata, bukan perdamaian.
Di sisi lain Trump juga mengatakan bahwa ia dan Kim berharap dapat membuat kemajuan lebih jauh dalam pertemuan puncak pekan ini.
Apalagi, kata Trump, Presiden China Xi Jinping pun telah mendukung pertemuannya dengan Kim di Veitnam terkait denuklirisasi tersebut.
Credit cnnindonesia.com