Jumat, 09 Desember 2016

Muslim Rohingya: Militer Myanmar Membunuh tanpa Ampun


 
Muslim Rohingya: Militer Myanmar Membunuh tanpa Ampun
Para warga komunitas Rohingya yang mengalami penindasan di Rakhine, Myanmar. Foto / Dokumen Reuters
 
RANGON - Seorang warga Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar telah memberikan deskripsi grafis dari pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran rumah oleh tentara Mynamar. Militer Myanmar dituduh datang dan melakukan pembunuhan tanpa ampun terhadap warga Rohingya di negara bagian Rakhine.

Pengungkapan warga Rohingya yang berhasil melarikan diri ke Bangladesh ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa pembersihan etnis sedang berlangsung di Rakhine oleh militer Myanmar.

”Mereka datang dan membunuh tanpa ampun. Mereka membakar rumah kami. Tidak ada seorang pun di sana untuk menyelamatkan kita,” kata Osman Gani, seorang guru bahasa Arab dari komunitas Muslim Rohinya kepada Associated Press setelah berenang melintasi Sungai Naf untuk memasuki Bangladesh di dekat pelabuhan Cox Bazar.

 

Gani bahkan menunjukkan bukti video klip yang dia rekam dari ponselnya tentang kekerasan yang terjadi di Rakhine. ”Mereka (militer Myanmar) menindas kami dan menembaki kami dari pesawat,” kata Gani, yang dilansir Jumat (9/12/2016).

”Orang-orang tewas di depan rumah saya. Mereka mengejar gadis-gadis dan menembaki mereka. Dan mereka membakar banyak orang. Mereka membakarnya di depan rumah saya,” ujar Gani.

Gani bersembunyi dengan keluarganya selama seminggu sebelum tentara Myanmar mencari mereka pria yang identitasnya Rohingya.

”Saya tidak punya pilihan selain meninggalkan (keluarga saya) di belakang. Saya datang ke tepi sungai dan mulai berenang,” katanya.

Gani adalah salah satu dari sekitar 15 ribu Rohingya yang telah tiba di Bangladesh pada bulan lalu. Dia bergabung dengan 500 ribu orang lainnya yang sudah tinggal di kamp-kamp perbatasan kumuh di Bangladesh.

Beberapa laporan dari warga Rohingya yang belum dikonfirmasi menyatakan bahwa militer Myanmar telah melepaskan tembakan terhadap warga sipil dari helikopter tempur, termasuk bayi yang terkena tembakan.

PBB memperkirakan bahwa hingga 30 ribu warga Rohingya telah meninggalkan rumah mereka dalam beberapa pekan terakhir setelah militer “mengunci” ketat Rakhine, menolak masuk badan-badan bantuan kemanusiaan, wartawan dan pengamat independen.

Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi telah menuduh masyarakat internasional memicu kerusuhan di negaranya. Suu Kyi yang tidak pernah mengakui tuduhan penumpasan etnis Rohingya oleh militer Myanmar merasa negaranya diperlakukan tidak adil oleh masyarakat internasional.







Credit  sindonews.com