Sebagian besar kalangan milenial Israel mendukung partai sayap kanan.
CB,
TEL AVIV -- Partai sayap kanan Israel, Likud Party, telah memenangkan
pemilu parlemen Israel (Knesset) yang digelar pada Selasa (9/4). Dengan
kemenangan itu Benjamin Netanyahu mengamankan posisinya sebagai perdana
menteri Israel untuk kelima kalinya.
Kemenangan Likud Party dalam pemilu Israel tentu menunjukkan bahwa
masyarakat Israel masih mendukung ideologi dan visi partai sayap kanan.
Dukungan itu terutama berasal dari kalangan milenial di negara tersebut.
Menurut Indeks Demokrasi Israel 2018 (sebuah studi
tahunan yang dilakukan Institut Demokrasi Israel, lembaga riset
nonpartisan), sekitar 64 persen orang Yahudi Israel berusia 18-34 tahun
diidentifikasi sebagai pendukung sayap kanan, dibandingkan dengan 47
persen dari mereka yang berusia 35 tahun ke atas.
Sepekan
sebelum pemilu Israel digelar pada Selasa lalu, Institut Demokrasi
Israel kembali melakukan survei. Hasilnya, 65 persen orang Yahudi Israel
berusia 18-24 tahun dan 53 persen dari mereka yang berusia 25-34 tahun,
menginginkan Netanyahu kembali menjabat sebagai perdana menteri.
Sementara
17 persen dan 33 persen dari masing-masing kategori tadi lebih memilih
pemimpin aliansi politik Biru Putih (Kahol Lavan) Benny Gantz, pesaing
utama Netanyahu pada pemilu lalu, untuk mengisi kursi perdana menteri.
Co-editor Indeks Demokrasi Israel Tamar Hermann mengungkapkan terdapat
dua teori yang dapat ditawarkan untuk menganalisis tren perihal
banyaknya generasi muda Israel memutuskan mendukung pandangan atau
ideologi partai sayap kanan.
"Teori pertama mengatakan,
ketika Anda disosialisasikan secara politis, antara 18 hingga 34 tahun,
maka ia akan tetap bersama Anda sepanjang hidup Anda. Teori lainnya
mengatakan bahwa pandangan politik Anda berubah seiring bertambahnya
usia dalam arah tertentu; orang menjadi lebih enteng dengan bertambahnya
usia," kata Hermann, dikutip laman
the Times of Israel, Kamis (11/4).
"Saya
tidak bisa memberitahu Anda apakah mereka lebih ke kanan karena orang
muda cenderung lebih radikal, dan tentu saja (partai) kiri (di Israel)
sekarang tidak menawarkan pandangan dunia sayap kiri radikal, atau
karena mereka masih muda dan ini akan berubah," ujarnya.
Generasi
milenial Israel tumbuh selama peristiwa intifada (sebuah gerakan
perlawanan rakyat Palestina atas pendudukan Israel) kedua. Ratusan warga
Israel terbunuh akibat aksi bom bunuh diri.
Generasi
muda Israel tak merasakan spirit Perjanjian Oslo yang mengakhiri
intifada pertama pada era 1990-an awal. Pelepasan Gaza pada 2005, yang
terjadi ketika generasi milenial Israel berusia antara 4 hingga 20 tahun
diyakini menjadi puncak mengapa banyak dari mereka mendukung ideologi
sayap kanan.
Penyerahan kendali atas Gaza menyebabkan
banyak pemuda Yahudi Israel membenci pemimpin yang bersedia menyerahkan
tanah yang telah di bawah kendali Tel Aviv. Karena beberapa dari
kelompok tersebut telah berdinas di militer. Serangkaian pertempuran
yang berlangsung di Gaza kian memperkuat sentimen mereka terhadap
pemimpin yang lunak.
"Mereka lahir setelah proses Oslo
dimulai, mereka terdampak pertumpahan darah selama intifada kedua,
mereka datang tepat setelah dinas militer," ujar Hermann.
Jika
berangkat dari teori tersebut, memang tak mengherankan jika Netanyahu
berhasil merebut suara kaum milenial Israel. Hal itu mengingat janji
yang ditawarkan Netanyahu selama kampanye, salah satunya adalah
menganeksasi Tepi Barat dan memperluas proyek permukiman Yahudi di
wilayah Palestina yang diduduki tersebut.
Selain faktor
tersebut, Netanyahu dianggap piawai memikat generasi muda Israel melalui
caranya berkomunikasi. Netanyahu dikenal tak terlalu kerasan untuk
berbicara panjang lebar dengan pers Israel. Sebagai gantinya, dia aktif
mengungkap kegiatan dan kebijakannya melalui media sosial, seperti
Facebook dan
Twitter.
Media
sosial telah identik dan lekat dengan generasi milenial. "Bibi (sapaan
Netanyahu) membenci wawancara dan dia lebih suka memiliki narasi yang
sepenuhnya terkontrol, itulah sebabnya dia menggunakan media sosial
dengan antusias," kata seorang analis politik Israel Dahlia Scheindlin.
Menurut
Scheindlin, kendati aktif bermedia sosial, Netanyahu tetap
memperhatikan dan menjaga tuturannya. "Setiap kata diukur. Dua penasihat
terdekatnya adalah penasihat media sosialnya. Begitu banyak
kepribadiannya di media sosial," ucapnya.
Jadi, apakah
dapat disimpulkan bahwa generasi muda Israel memang telah mempercayakan
setiap kebijakan politik negara kepada partai sayap kanan? Scheindlin
menilai, masih memerlukan beberapa waktu untuk menjawab pertanyaan itu.
Namun untuk saat ini, dia berpendapat bahwa aman untuk mengasumsikan
bahwa sayap kanan Israel memiliki kaum muda di sisinya.