Minggu, 14 April 2019

Giliran Kepala Intelijen Sudan Mengundurkan Diri


Giliran Kepala Intelijen Sudan Mengundurkan Diri
Militer Sudan bergabung dengan demonstran merayakan pengunduran diri Menteri Pertahanan Awad Ibn Auf. Foto/Istimewa
 
 
KHARTOUM - Media pemerintah Sudan melaporkan Kepala Keamanan dan Intelijen negara itu mundur. Pengunduran diri itu dilakukan sehari setelah Menteri Pertahanan yang didapuk untuk menjadi presiden sementara setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir juga mengundurkan diri.

Salah Abdallah Mohamed Saleh, yang dikenal sebagai Salah Gosh, yang mengepalai Badan Intelijen dan Keamanan Nasional dan pernah menjadi orang yang paling berpengaruh di negara itu setelah Bashir. Ia dianggap bertanggung jawab oleh para pemrotes atas pembunuhan para demonstran yang menuntut diakhirinya pemerintahan militer seperti dikutip dari Reuters.

Sebelumnya Menteri Pertahanan Awad Ibn Auf mengundurkan diri sebagai kepala dewan militer transisi Jumat malam setelah hanya sehari menduduki pos itu, karena para pemrotes menuntut perubahan politik yang lebih cepat.


"Kepala baru dewan militer, Letnan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan Abdelrahman, menerima pengunduran diri Gosh," bunyi laporan kantor berita SUNA yang dikutip Reuters, Minggu (14/4/2019).

Burhan adalah seorang komandan militer yang diyakini lebih siap untuk berbicara dengan para demonstran.

Ia adalah jenderal senior ketiga di angkatan bersenjata Sudan dan kehidupan publiknya hanya sedikit yang diketahui. Sebagai kepala pasukan angkatan darat Sudan, ia mengawasi pasukan Sudan yang berperang dalam perang Yaman yang dipimpin Saudi dan memiliki hubungan dekat dengan para pejabat senior militer Teluk.

Perayaan meletus di jalan-jalan Khartoum semalam setelah pengunduran diri Ibnu Auf. Ribuan pengunjuk rasa melambaikan bendera dan ponsel yang menyala dalam kegelapan dan pengemudi membunyikan klakson mobil. Orang-orang meneriakkan: "Yang kedua telah jatuh!" referensi ke Ibn Auf dan Bashir, kata saksi.

Asosiasi Profesional Sudan (SPA), yang telah memimpin protes menuntut pemerintah sipil, menyerukan demonstrasi lebih lanjut pada hari Sabtu.

"Hari ini, kami melanjutkan pawai untuk menyelesaikan kemenangan bagi revolusi kemenangan kami," kata SPA dalam sebuah pernyataan.

"Kami menegaskan bahwa revolusi kami terus berlanjut dan tidak akan mundur atau menyimpang dari jalannya sampai kami mencapai tuntutan sah rakyat kami untuk menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil," katanya.

Dewan militer pada hari Kamis mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan transisi pra-pemilihan akan berlangsung paling lama dua tahun jika kekacauan dapat dihindari.

Bashir (75) merebut kekuasaan dalam kudeta militer 1989. Dia telah menghadapi aksi demonstrasi selama 16 minggu yang disebabkan oleh kenaikan biaya makanan, pengangguran yang tinggi dan meningkatnya penindasan selama tiga dekade berkuasa.

Protes meningkat pada Sabtu lalu ketika ribuan demonstran, tampaknya didukung oleh perubahan di Aljazair menyusul protes serupa, berbaris menuju Kementerian Pertahanan di Khartoum tengah untuk menyampaikan memorandum yang menuntut pihak militer berada di sisi mereka.

Demonstran telah berkemah di luar kompleks sejak saat itu untuk mendorong penyerahan kekuasaan.

Para demonstran memadati jalan-jalan di sekitar Kementerian Pertahanan untuk salat Jumat, mengindahkan seruan oleh SPA untuk menantang dewan militer.

Jumlah demonstran membengkak pada sore hari dan seorang saksi mata Reuters memperkirakan ratusan ribu pengunjuk rasa memadati daerah sekitar kementerian, yang dijaga oleh tentara.

Paling tidak 16 orang tewas dan 20 lainnya luka-luka akibat peluru nyasar pada protes dan aksi duduk pada Kamis dan Jumat, kata seorang jurubicara kepolisian. Bangunan pemerintah dan properti pribadi juga diserang, juru bicara Hashem Ali menambahkan.

Ia lantas meminta warga untuk membantu memastikan keamanan dan ketertiban umum.




Credit   sindonews.com