Tombru (CB) – Pasukan keamanan Myanmar telah melanjutkan
seruan lewat pengeras suara di dekat perbatasannya dengan Bangladesh
yang memerintahkan muslim Rohingya untuk segera meninggalkan wilayah tak
bertuan di antara kedua negara tersebut, ungkap para pengungsi, Minggu
(20/5).
Sekitar 6.000 pengungsi Rohingya telah berkemah wilayah sempit itu sejak mengungsi dari kekerasan brutal militer di Myanmar barat pada Agustus tahun lalu.
Sebagian besar hampir 700.000 warga Rohingya yang mengungsi dari kekerasan itu bermukim di kamp-kamp besar di Bangladesh, tetapi sejumlah kecil dari mereka bersikeras tetap berada di zona tak bertuan di antara perbatasan.
Myanmar pada Februari setuju untuk berhenti menggunakan pengeras suara untuk memerintahkan warga Rohingya untuk segera meninggalkan wilayah itu dan menyeberang ke Bangladesh.
Para tentara juga menarik beberapa pasukannya dari tepi wilayah tersebut, tempat para pengungsi yang berkemah di sisi lain sebuah pagar berduri telah mengeluhkan adanya intimidasi.
Namun, seruan-seruan melalui pengeras suara itu dimulai kembali akhir pekan ini tanpa adanya peringatan, kata pemimpin komunitas Rohingya.
"Mereka memainkannya beberapa kali kemarin, dan telah mengulanginya pagi ini. Ini sangat mengganggu dan menciptakan kepanikan," kata Mohammad Arif, salah satu pemimpin yang berkemah di wilayah tak bertuan itu.
Seruan itu - yang disiarkan di Burma dan Rohingya - memperingatkan para pengungsi untuk "meninggalkan wilayah tersebut di bawah yurisdiksi Myanmar atau terancam dituntut." Demikian dilansir AFP.
Sekitar 6.000 pengungsi Rohingya telah berkemah wilayah sempit itu sejak mengungsi dari kekerasan brutal militer di Myanmar barat pada Agustus tahun lalu.
Sebagian besar hampir 700.000 warga Rohingya yang mengungsi dari kekerasan itu bermukim di kamp-kamp besar di Bangladesh, tetapi sejumlah kecil dari mereka bersikeras tetap berada di zona tak bertuan di antara perbatasan.
Myanmar pada Februari setuju untuk berhenti menggunakan pengeras suara untuk memerintahkan warga Rohingya untuk segera meninggalkan wilayah itu dan menyeberang ke Bangladesh.
Para tentara juga menarik beberapa pasukannya dari tepi wilayah tersebut, tempat para pengungsi yang berkemah di sisi lain sebuah pagar berduri telah mengeluhkan adanya intimidasi.
Namun, seruan-seruan melalui pengeras suara itu dimulai kembali akhir pekan ini tanpa adanya peringatan, kata pemimpin komunitas Rohingya.
"Mereka memainkannya beberapa kali kemarin, dan telah mengulanginya pagi ini. Ini sangat mengganggu dan menciptakan kepanikan," kata Mohammad Arif, salah satu pemimpin yang berkemah di wilayah tak bertuan itu.
Seruan itu - yang disiarkan di Burma dan Rohingya - memperingatkan para pengungsi untuk "meninggalkan wilayah tersebut di bawah yurisdiksi Myanmar atau terancam dituntut." Demikian dilansir AFP.
Credit antaranews.com