Rabu, 30 Mei 2018

Dua Kapal Berlayar di Jalur Gaza Patahkan Blokade Israel


Warga Palestina mengenakan makeup menyerupai karakter film Holywood Avatar dalam aksi menuntut 'Hak Kembali ke Tanah Air' di perbatasan Jalur Gaza dengan wilayah penjajahan Israel.
Warga Palestina mengenakan makeup menyerupai karakter film Holywood Avatar dalam aksi menuntut 'Hak Kembali ke Tanah Air' di perbatasan Jalur Gaza dengan wilayah penjajahan Israel.
Foto: Ibraheem Abu Mustafa/Reuters

Israel memblokade laut Palestina selama 11 tahun.




CB, GAZA -- Dua kapal akan berlayar dari pelabuhan di Jalur Gaza untuk mematahkan blokade laut yang telah diberlakukan Israel selama 11 tahun. Blokade tersebut telah menyulitkan pasien untuk keluar dari Gaza dan mencegah pasokan obat-obatan untuk masuk ke wilayah itu.


Kapal-kapal tersebut dijadwalkan akan berlayar pada Selasa (29/5) pagi. Kapal akan membawa sekitar 30 penumpang, termasuk para demonstran yang terluka dalam aksi demonstrasi yang telah terjadi selama berminggu-minggu di sepanjang perbatasan Jalur Gaza dengan Israel.

Palestina telah melakukan aksi protes sejak 30 Maret lalu untuk menyerukan hak kembali bagi para pengungsi ke rumah-rumah dan desa-desa mereka yang telah direbut secara paksa oleh Israel pada 1948. Dalam aksi itu, pasukan Israel menewaskan sedikitnya 120 warga Palestina di Gaza dan melukai sedikitnya 13 ribu lainnya.


Alaa Al-Battah, anggota panitia pengarah pelayaran kapal, mengatakan pelayaran kapal-kapal itu adalah bagian dari upaya Palestina untuk secara damai melawan dan mematahkan blokade di Gaza. "Ini juga merupakan kelanjutan dari demonstrasi untuk menuntut hak kembalinya warga Palestina," ujar Al-Battah kepada Aljazirah.


Salah Abdul-Ati, salah satu panitia penyelenggara, mengatakan kepada wartawan pada Ahad (27/5), perjalanan kapal-kapal itu akan membawa harapan dan impian rakyat Palestina untuk bisa mendapatkan kebebasan. Abul-Ati menyerukan masyarakat internasional untuk menekan Israel agar mencabut blokade terhadap Gaza. Ia juga meminta LSM internasional untuk memberikan perlindungan bagi dua kapal yang akan berlayar di Gaza.


Nama-nama penumpang kapal telah dirahasiakan dari media untuk memastikan keselamatan mereka terhadap potensi adanya agresi Israel. "Semua orang di kapal adalah warga sipil," kata Adham Abu Salima, yang juga anggota panitia penyelenggara.


Ia menjelaskan, di antara mereka yang berada di dalam kapal adalah orang-orang yang terluka oleh pasukan Israel selama aksi protes baru-baru ini. Sementara yang lainnya menderita kondisi kesehatan jangka panjang, termasuk pasien kanker.


Penyelenggara mengatakan mereka takut Israel akan mencoba menghentikan kapal-kapal yang akan meninggalkan Gaza itu, seperti yang telah sering dilakukan di masa lalu. Israel telah melarang penangkapan ikan di luar jarak 11 kilometer di lepas pantai dan sering menembaki kapal-kapal Palestina yang melebihi batas itu.


Menurut Al-Battah, pasukan Israel selama tiga minggu terakhir telah menyerang dua kapal yang juga akan berlayar dari Jalur Gaza. "Kami berencana untuk melepas dua kapal, tetapi mereka segera ditargetkan dan dihancurkan oleh Israel. Sekarang, kami memiliki perahu kecil dengan kapasitas yang sangat terbatas," kata dia.


Pelayaran kapal pada Selasa (29/5) akan bertepatan dengan peringatan delapan tahun serangan Israel terhadap armada Mavi Marmara Turki di perairan internasional. Dalam serangan itu, sembilan aktivis Turki tewas. Seorang aktivis lainnya meninggal dunia empat tahun kemudian, setelah ia menyerah pada luka yang didapatkannya dalam serangan itu.


Insiden tersebut menyebabkan krisis politik antara Turki dan Israel. Krisis berakhir setelah Israel menawarkan permintaan maaf dan memberi kompensasi kepada keluarga korban. "Ada banyak armada yang mencoba membawa bantuan kepada warga Gaza, tetapi kali ini, kapal-kapal kami yang akan berangkat dari Gaza ke dunia luar," kata Al-Battah.


"Tujuan kami adalah untuk menunjukkan penderitaan orang-orang Gaza dan mengirim pesan kepada dunia bahwa kami memiliki hak atas tanah, laut, dan pelabuhan kami," ujarnya.






Credit  republika.co.id