Rabu, 30 Mei 2018

Setop Pencarian MH370, Mahathir Dituding Melanggar Janji


Setop Pencarian MH370, Mahathir Dituding Melanggar Janji
Mahathir Mohamad dinilai langgar janji pemilu lantaran menghentikan proses pencarian puing MH370. (Foto: Damir Sagolj)


Jakarta, CB -- Pemerintahan Perdana Menteri Mahathir Mohamad dianggap melanggar janji kampanye karena tak memperpanjang waktu pencarian bawah laut pesawat Malaysia Airlines MH370 yang berakhir hari ini, Selasa (29/5).

Keluarga korban mendesak pemerintah Malaysia memperbarui kontrak dengan firma eksplorasi bawah laut asal Amerika Serikat, Ocean Infinity untuk merampungkan proses pencarian.

Grace Nathan, salah satu keluarga penumpang MH370 yang jatuh di Samudera Hindia 2014 lalu, menganggap pemerintahan baru Mahathir tidak menepati janjinya karena gagal memberi penjelasan rinci alasan dibalik dihentikannya proses pencarian.



"Banyak yang dikatakan saat kampanye pemilu kemarin dan juga saat menteri transportasi baru diangkat. Pernyataan pertama yang dia ucapkan adalah bahwa pencarian MH370 adalah prioritasnya," ungkap Nathan seperti dikutip The Guardian, Selasa (29/5).

"Lalu hanya berselang dua sampai tiga hari setelahnya, terutama setelah rapat kabinet pertama digelar, dia [menteri transportasi] menyatakan tidak akan memperpanjang pencarian lagi. Saya sangat terkejut," lanjutnya.


Pada Januari lalu, Malaysia berjanji akan membayar US$700 juta (sekitar Rp940 miliar) kepada Ocean Infinity jika berhasil menemukan puing pesawat atau kotak hitam dalam waktu 90 hari.

Nathan menilai perjanjian itu sebenarnya tidak merugikan lantaran sejauh ini Malaysia tidak harus membayar apa pun sampai puing dan kotak hitam berhasil ditemukan. Bahkan Ocean Infinity diketahui bersedia memperpanjang durasi pencarian hingga tahun depan dengan mekanisme yang sama.

"Apakah pemerintah Malaysia mencoba menolak tawaran perusahaan swasta yang bersedia melakukan pencarian dengan uang pribadi mereka, dan baru akan menagih bayaran ketika pesawat ditemukan? Ini artinya pemerintah telah menyisihkan uangnya. Pertanyaannya, mengapa mereka tidak dapat mempertahankan uang itu untuk pencarian," katanya.

Pernyataan Nathan merupakan bentuk reaksi atas keputusan Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke yang mengisyaratkan untuk tidak memperpanjang pencarian pesawat dan hanya berfokus mencari 'kesimpulan' penyelidikan selama ini.



KS Narendran, keluarga korban MH370 lainnya, mengatakan pernyataan Loke semata-mata "hanya menutup berkas perkara, tidak menyelesaikan kasus karena suatu pihak telah mencapai kesimpulan".

"Saya hampir tidak bisa menahan perasaan terkhianati yang sangat mendalam. Hampir tidak mungkin menyembunyikan kemarahan pada keputusan yang diambil tanpa ada pertemuan atau konsultasi dengan kelaurga korban," papar Narendran.

Peninjauan kembali

Mahathir yang memenangkan Pemilu pada 9 Mei lalu, belum lama ini mengatakan akan meninjau kembali kebutuhan untuk melakukan pencarian dan menghentikannya 'jika tidak berguna'.

Dikutip AFP, melalui pernyataan Ocean Infinity mengonfirmasi bahwa eksplorasinya terkait MH370 memang akan berakhir pekan ini.

Tanpa merinci kejelasan batas akhir pencarian, juru bicara perusahaan mengatakan bahwa eksplorasi akan berakhir dalam beberapa hari kedepan.




Insiden hilangnya MH370 menjadi kecelakaan pesawat paling mematikan dalam sejarah penerbangan. Pesawat Boeing 777 itu menghilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014.

Sejak saat itu, pencarian terhadap pesawat dengan 239 penumpang terus dikerahkan sampai akhirnya ditangguhkan di awal 2017 lantaran tidak ada hasil.

Pencarian yang dilakukan selama hampir tiga tahun terkahir itu hanya menghasilkan tiga penemuan puing pesawat yang diyakini milik MH370. Puing-puing tersebut sebagian besar ditemukan di garis pantai sebelah barat Samudera Hindia.

Pencarian terakhir hanya mampu menempuh jarak 120 ribu kilometer persegi selama dua tahun dengan menghabiskan dana hingga US$116 juta.




Credit  cnnindonesia.com