Jumat, 25 Mei 2018

Amerika Serikat Diminta Israel Akui Dataran Tinggi Golan Miliknya



Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato dalam pembukaan kedutaan besar Guatemala, Yerusalem, 16 Mei 2018. [Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu gestures as he speaks during the dedication ceremony of the embassy of Guatemala in Jerusalem, May 16, 2018. [REUTERS/Ronen Zvulun/Pool]
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato dalam pembukaan kedutaan besar Guatemala, Yerusalem, 16 Mei 2018. [Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu gestures as he speaks during the dedication ceremony of the embassy of Guatemala in Jerusalem, May 16, 2018. [REUTERS/Ronen Zvulun/Pool]

CB, Jakarta - Pemerintah Israel menekan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk segera mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, sebuah area pegunungan strategis seluas 1.200 Kilometer di perbatasan Israel dan Suriah.
Dalam wawancara dengan Reuters pada Rabu, 23 Mei 2018, Menteri Bidang Intelejen Israel, Israel Kartz menyatakan pengakuan Amerika Serikat terhadap status Dataran Tinggi Golan sebagai milik Israel hanya tinggal menunggu waktu saja.
Kartz menekankan isu status Dataran Tinggi Golan, yang telah diduduki oleh Israel selama 51 tahun ini akan terus dijadikan agenda utama dalam dialog bilateral dengan pemerintah Amerika Serikat.
Ketika ditanya alasan pentingnya pengakuan Amerika Serikat terhadap Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari wilayah Israel, Kartz mengemukakan bahwa hal tersebut diperlukan guna mencegah pengaruh dan agresi Iran di kawasan Timur Tengah.
“Ini waktu yang paling tepat untuk melakukan kebijakan ini. Respon paling pahit yang dapat diberikan kepada Iran adalah dengan diakuinya secara resmi status Dataran Tinggi Golan menjadi milik Israel oleh pemerintah Amerika Serikat baik melalui pernyataan presiden maupun undang-undang soal masalah ini,” kata Kartz, terkait upaya tekanan Israel kepada Amerika Serikat.

Dalam wawancara itu, Kartz juga menyatakan apabila ada pihak yang ingin menghancurkan Israel maka merekalah sesungguhnya yang akan menuai kehancuran itu sendiri.
Sikap Kartz ini didukung oleh politisi Israel, Yoav Kisch yang langsung menulis surat kepada Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, David Friedmann. Isi surat tersebut juga meminta Amerika Serikat segera mengakui status Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel.
Meski terus didesak untuk memberikan pengakuan resmi mengenai status Dataran Tinggi Golan, Amerika Serikat justru belum mengambil sikap tegas atas isu ini.
Gedung Putih menyatakan selama ini mereka sudh sepakat dengan Israel dalam banyak isu penting. Akan tetapi, khusus mengenai pernyataan Kartz tersebut, mereka menolak memberikan tanggapan dan konfirmasi lebih lanjut.

Warga Israel mengibarkan bendera Israel di luar gerbang Damaskus di Yerusalem, Minggu 13 Mei 2018. Israel memperingati ulang tahun ke-51 pendudukan di Yerusalem Timur dalam perang 1967.[AP]

Kawasan Dataran Tinggi Golan pernah menjadi milik Suriah sebelum jatuh ke dalam pendudukan tentara Israel setelah Perang Arab-Israel pada 1967. Suriah sempat mencoba merebut wilayah ini dari Israel dalam Perang Timur Tengah pada 1973, namun gagal karena terjadi gencatan senjata.
Seiring waktu berjalan, pemukiman warga Israel dibangun di kawasan ini pada 1981. Tindakan Israel tersebut hingga kini tidak mendapat pengakuan dari dunia internasional.
Saat ini, Suriah di bawah kepemimpinan Presiden Bashar Al-Assad, mendapat jaminan dari sekutunya, Iran bahwa wilayah Dataran Tinggi Golan akan kembali menjadi milik mereka.
Kondisi ini telah memunculkan banyak kekhawatiran jika Amerika Serikat pada akhirnya akan mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel. Sebelumnya, Amerika Serikat setelah mereka mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel pada 2017 lalu.




Credit  tempo.co