LONDON
- Kapal tanker Rusia dilaporkan telah memasok bahan bakat ke Korea
Utara (Korut) setidaknya tiga kali dalam beberapa bulan terakhir dengan
mentransfer kargo di laut. Pasokan minyak itu memberikan jalur kehidupan
ekonomi ke negara komunis yang penuh dengan rahasia tersebut.
Demikian laporan dua sumber keamanan senior Eropa barat. Sumber keamanan itu mengatakan penjualan produk minyak atau minyak dari Rusia, eksportir minyak terbesar kedua di dunia dan anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memegang hak veto, melanggar sanksi PBB.
Transfer kargo yang terjadi pada bulan Oktober dan November mengindikasikan bahwa penyelundupan dari Rusia ke Korut telah berevolusi untuk memuat kargo di laut. Dua kapal tanker berbendera Rusia melakukan perjalanan antara pertengahan Oktober dan November, berangkat dari pelabuhan Slavyanka dan Nakhodka ke laut lepas dimana mereka mematikan transponder mereka, data pengiriman menunjukkan.
"Kapal-kapal Rusia melakukan transfer peti petrokimia dari kapal ke kapal kepada ke Korea Utara dalam beberapa kesempatan tahun ini sebagai sebuah pelanggaran terhadap sanksi," kata sumber keamanan pertama, yang berbicara tanpa menyebut nama, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (30/12/2017).
Sumber kedua, yang secara independen mengkonfirmasi adanya perdagangan bahan bakar kapal-ke-kapal Rusia dengan Korut, mengatakan bahwa tidak ada bukti keterlibatan negara Rusia dalam transfer terakhir.
"Tidak ada bukti bahwa ini didukung oleh negara Rusia namun kapal-kapal Rusia ini memberikan jalur kehidupan kepada orang-orang Korea Utara," kata sumber keamanan kedua di Eropa.
Kedua sumber keamanan tersebut mengutip data intelijen dan satelit laut dari kapal-kapal yang beroperasi di luar pelabuhan Timur Jauh Rusia di Pasifik. Meski begitu, mereka menolak untuk mengungkapkan rincian lebih lanjut dengan mengatakan bahwa kapal tersebut dirahasiakan.
Kementerian Luar Negeri Rusia dan Dinas Bea Cukai Rusia menolak berkomentar saat ditanya apakah kapal-kapal Rusia memasok bahan bakar ke kapal-kapal Korut. Pemilik satu kapal yang dituduh melakukan penyelundupan minyak ke Korut membantah melakukan aktivitas tersebut.
Korut mengandalkan bahan bakar impor untuk berjuang menjaga fungsi ekonomi. Negara ini juga membutuhkan minyak untuk rudal balistik antar benua dan program nuklir yang menurut Amerika Serikat (AS) mengancam perdamaian di Asia.
"Kapal-kapal tersebut menyelundupkan bahan bakar Rusia dari pelabuhan Timur Jauh Rusia ke Korea Utara," kata sumber keamanan pertama, yang berbicara tanpa menyebut nama.
Sumber keamanan mengatakan kapal tanker berbendera Rusia, Vityaz, adalah salah satu kapal yang telah memindahkan bahan bakar ke kapal-kapal Korut.
Menurut dokumen kontrol pelabuhan Rusia, Vityaz meninggalkan pelabuhan Slavyanka dekat Vladivostok di Rusia pada 15 Oktober dengan 1.600 ton minyak.
Dokumen yang dikirim oleh agen kapal tersebut ke otoritas Kontrol Pelabuhan Negara Rusia menunjukkan tujuannya sebagai armada penangkapan ikan di Laut Jepang. Data pengiriman menunjukkan kapal tersebut mematikan transpondernya selama beberapa hari saat berlayar ke perairan terbuka.
Demikian laporan dua sumber keamanan senior Eropa barat. Sumber keamanan itu mengatakan penjualan produk minyak atau minyak dari Rusia, eksportir minyak terbesar kedua di dunia dan anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memegang hak veto, melanggar sanksi PBB.
Transfer kargo yang terjadi pada bulan Oktober dan November mengindikasikan bahwa penyelundupan dari Rusia ke Korut telah berevolusi untuk memuat kargo di laut. Dua kapal tanker berbendera Rusia melakukan perjalanan antara pertengahan Oktober dan November, berangkat dari pelabuhan Slavyanka dan Nakhodka ke laut lepas dimana mereka mematikan transponder mereka, data pengiriman menunjukkan.
"Kapal-kapal Rusia melakukan transfer peti petrokimia dari kapal ke kapal kepada ke Korea Utara dalam beberapa kesempatan tahun ini sebagai sebuah pelanggaran terhadap sanksi," kata sumber keamanan pertama, yang berbicara tanpa menyebut nama, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (30/12/2017).
Sumber kedua, yang secara independen mengkonfirmasi adanya perdagangan bahan bakar kapal-ke-kapal Rusia dengan Korut, mengatakan bahwa tidak ada bukti keterlibatan negara Rusia dalam transfer terakhir.
"Tidak ada bukti bahwa ini didukung oleh negara Rusia namun kapal-kapal Rusia ini memberikan jalur kehidupan kepada orang-orang Korea Utara," kata sumber keamanan kedua di Eropa.
Kedua sumber keamanan tersebut mengutip data intelijen dan satelit laut dari kapal-kapal yang beroperasi di luar pelabuhan Timur Jauh Rusia di Pasifik. Meski begitu, mereka menolak untuk mengungkapkan rincian lebih lanjut dengan mengatakan bahwa kapal tersebut dirahasiakan.
Kementerian Luar Negeri Rusia dan Dinas Bea Cukai Rusia menolak berkomentar saat ditanya apakah kapal-kapal Rusia memasok bahan bakar ke kapal-kapal Korut. Pemilik satu kapal yang dituduh melakukan penyelundupan minyak ke Korut membantah melakukan aktivitas tersebut.
Korut mengandalkan bahan bakar impor untuk berjuang menjaga fungsi ekonomi. Negara ini juga membutuhkan minyak untuk rudal balistik antar benua dan program nuklir yang menurut Amerika Serikat (AS) mengancam perdamaian di Asia.
"Kapal-kapal tersebut menyelundupkan bahan bakar Rusia dari pelabuhan Timur Jauh Rusia ke Korea Utara," kata sumber keamanan pertama, yang berbicara tanpa menyebut nama.
Sumber keamanan mengatakan kapal tanker berbendera Rusia, Vityaz, adalah salah satu kapal yang telah memindahkan bahan bakar ke kapal-kapal Korut.
Menurut dokumen kontrol pelabuhan Rusia, Vityaz meninggalkan pelabuhan Slavyanka dekat Vladivostok di Rusia pada 15 Oktober dengan 1.600 ton minyak.
Dokumen yang dikirim oleh agen kapal tersebut ke otoritas Kontrol Pelabuhan Negara Rusia menunjukkan tujuannya sebagai armada penangkapan ikan di Laut Jepang. Data pengiriman menunjukkan kapal tersebut mematikan transpondernya selama beberapa hari saat berlayar ke perairan terbuka.
Menurut sumber keamanan Eropa, Vityaz melakukan transfer kapal ke kapal dengan kapal tanker Korut Sam Ma 2 di laut lepas selama bulan Oktober.
Pemilik kapal Rusia tersebut menolak setiap kontak dengan kapal-kapal Korut, namun juga mengatakan bahwa pihaknya tidak menyadari bahwa kapal bahan bakar itu adalah kapal penangkap ikan.
Yaroslav Guk, wakil direktur pemilik kapal tanker, Alisa Ltd yang berbasis di Vladivostok, mengatakan kapal tersebut tidak memiliki kontak dengan kapal-kapal Korut.
"Sama sekali tidak, ini sangat berbahaya. Ini akan menjadi kegilaan yang sempurna," kata Guk.
Saat dihubungi untuk kedua kalinya, Guk mengatakan kapal tersebut tidak memiliki kontak dengan kapal Korut dan bahwa dia tidak akan menjawab pertanyaan lebih lanjut.
Seorang pejabat di East Coast Ltd, agen transportasi kapal tersebut, menolak berkomentar.
Sebelumnya, China dilaporkan telah menjual minyak secara ilegal ke Korut. Presiden AS Donald Trump pun angkat bicara dan mengaku tidak senang dengan hal tersebut. Namun laporan ini dibantah oleh Beijing.
Credit sindonews.com