Jumat, 17 Februari 2017

Liga Arab: penyelesaian dua-negara perlu buat perdamaian Timur Tengah

 
Kairo, Mesir (CB) - Penyelesaian dua-negara diperlukan untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina dan mewujudkan perdamaian di Wilayah Timur Tengah, kata Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul-Gheit di dalam satu pernyataan pada Kamis.

Pernyataan Aboul-Gheit dikeluarkan setelah satu pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Markas Liga Arab di Kairo, Mesir, dan dilakukan sehari setelah Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington, Amerika Serikat.

Pemimpin Liga Arab tersebut kembali menyampaikan posisi Arab, yang menuntut pembentukan Negara Palestina Merdeka yang berdampingan dengan Israel berdasarkan perbatasan 1967 dengan Jerusalem Timur sebagai Ibu Kotanya.

Ia menambahkan Liga Arab akan menghadapi semua upaya Israel untuk memperoleh kursi tidak tetap di Dewan Keamanan PBB dan juga menolak janji Trump saat ia mencalonkan diri sebagai presiden AS untuk memindahkan Kedutaan Besar AS di Tel Aviv ke Jerusalem.

"Memindahkan Kedutaan Besar AS ke Jerusalem akan mengakibatkan ledakan bagi kondisi di Timur Tengah," kata Aboul-Gheit di dalam pernyataan tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam.

Israel disalahkan oleh masyarakat internasional atas kebuntuan dalam proses perdamaian akibat kebijakan perluasan permukimannya, yang ditolak bahkan oleh sekutu paling kuatnya, Amerika Serikat.

Meskipun Resolusi 2016 Dewan Keamanan PBB menuntut penghentian segera dan sepenuhnya kegiatan permukiman Israel di Wilayah Palestina yang diduduki, Parlemen Israel pada Februari menyetujui apa yang disebut "Regulation Bill" --yang berlaku mundur mensahkan sebanyak 3.850 rumah di puluhan pos depan yang dibangun secara tidak sah di tanah milik pribadi orang Palestina.

Kepala PBB yang baru dilantik Antonio Guterres pada Rabu mengatakan di Kairo bahwa tujuan terakhir kunjungan regionalnya yang meliputi Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Oman dan Qatar, "tak ada rencana B bagi penyelesaian dua-negara". Ia merujuk kepada masalah Israel-Palestina sebagai "induk" semua konflik regional.



Credit  antaranews.com