Rabu, 22 Februari 2017

Tolak Kenakan Hijab, Capres Prancis Batal Temui Mufti Libanon


 
Tolak Kenakan Hijab, Capres Prancis Batal Temui Mufti Libanon
Batalnya pertemuan ini dikarenakan Le Pen menolak untuk menggunakan hijab, yang meruapakan syarat wajib bila ingin menemui Grand Mufti. Foto/Reuters
 
BEIRUT - Marine Le Pen, salah satu calon Presiden Prancis membatalkan pertemuan dengan Grand Mufti Libanon. Batalnya pertemuan ini dikarenakan Le Pen menolak untuk menggunakan hijab, yang meruapakan syarat wajib bila ingin menemui Grand Mufti.

"Anda dapat menyampaikan hormat saya kepada Grand Mufti, tapi saya tidak akan menutupi diri," kata Le Pen kepada wartawan di Beirut, seperti dilansir Al Arabiya pada Selasa (21/2).

Kantor pers Grand Mufti mengatakan, mereka telah memberitahu kepada asisten Le Pen, jika politisi senior Prancis itu wajib menggunakan penutup kepala bila ingin melakukan pertemuan dengan pemimpin spiritual Libanon tersebut.

Le Pen sendiri diketahui sudah berada di Libanon sejak akhir pekan lalu. Kunjungan Le Pen ke Libanon ditujukan untuk meningkatkan popularitasnya, sebagai bagian dari kampanye pencalonan dia sebagai Capres Prancis.

Jajak pendapat mengatakan Le Pen mungkin mendapatkan nilai tertinggi di babak pertama pemungutan suara pada bulan April, tapi kemudian dia mungkin akan kalah dalam pemilu putaran kedua pada bulan Mei.





Credit  sindonews.com



Tolak Pakai Penutup Kepala, Le Pen Batal Temui Ulama Libanon


Tolak Pakai Penutup Kepala, Le Pen Batal Temui Ulama Libanon  
Le Pen berkunjung ke Libanon dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan citranya sebelum memasuki arena pemilihan umum presiden Perancis pada April mendatang. (Reuters/Aziz Taher)
 
Jakarta, CB -- Marine Le Pen, kandidat presiden Perancis dari partai sayap kanan, Front Nasional, membatalkan pertemuan dengan pemimpin tertinggi umat Muslim Sunni di Libanon, Abdul Latif Derian, karena tak mau memakai penutup kepala.

"Kalian dapat menyampaikan rasa hormat saya kepada imam besar, tapi saya tidak akan menutupi diri saya," ujar Le Pen sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (21/2).

Sejumlah pengamat menganggap pembatalan ini cukup janggal. Pasalnya, Le Pen berkunjung ke Libanon dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan citranya sebelum memasuki arena pemilihan umum presiden Perancis pada April mendatang.

Dengan perbaikan citra ini, Le Pen berharap akan mendulang banyak suara dari para warga Perancis yang berasal dari Libanon.

Ia pun sudah bertemu dengan presiden Libanon yang berlatar belakang agama Kristen, Michael Aoun, juga Perdana Menteri beragama Islam, Saad al-Hariri.

Kantor Derian mengaku kaget ketika Le Pen membatalkan pertemuan ini. Menurut seorang sumber, mereka sebelumnya sudah memberikan informasi bahwa Le Pen diminta untuk memakai penutup kepala saat bertemu dengan Derian.

Perancis memang dikenal sebagai negara sekuler yang melarang penggunaan simbol-simbol keagamaan di tempat umum.

Namun lebih dari itu, Le Pen sendiri memang dikenal sebagai sosok yang anti-Muslim dan imigran. Ia bahkan mengatakan bahwa kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum Amerika Serikat merupakan momentum tepat untuk kebangkitan populis di Perancis.

Belakangan, partai Le Pen melunakkan pernyataannya mengenai Muslim dan imigran, diperkirakan untuk menarik dukungan dari warga mayoritas.



Credit  cnnindonesia.com