Kamis, 16 Februari 2017

BJ Habibie Kenang Industri Pesawat RI Tutup Saat Reformasi 1998


BJ Habibie Kenang Industri Pesawat RI Tutup Saat Reformasi 1998  
Foto: Ardan Adhi Chandra/detikFinance




Jakarta - Mantan Presiden B.J. Habibie dikenal ahli dalam membuat pesawat terbang. Habibie menempuh studi S1 hingga S3 nya di RWTH Aachen, Jerman.

Habibie yang sempat berkarir di Jerman diminta kembali ke Indonesia pada 1974 oleh presiden saat itu, Soeharto. Habibie kemudian membangun industri pesawat terbang yang dinamakan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) di1976.

IPTN berhasil menghasilkan pesawat N250 di perayaan hari jadi RI ke 50 pada tahun 1995. Tak lama berselang, krisis melanda Indonesia di 1997-1998.

IPTN kemudian ditutup karena IMF menolak menalangi dana bantuan untuk pengembangan pesawat. IPTN kemudian berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) di tahun 2.000.

"Industri strategis di dunia ada tiga yang ditutup, pertama di Jepang, kedua Jerman, dan Indonesia waktu reformasi, sedih enggak. Tapi sudah deh itu lebih murah daripada kita perang saudara," ujar Habibie dalam acara Presidential Lecture di Gedung Thamrin BI, Jakarta Pusat, Senin (13/2/2017).

Industri yang dibangun oleh Habibie awalnya memperkerjakan 20 orang pegawai dan hingga menjelang ditutup, IPTN memiliki lebih dari 48.000 pegawai. Namun, setelah reformasi, IPTN kemudian ditutup dan para pegawainya harus bingung membiayai hidup.

"Mulai dari 20 orang waktu itu, saya jadi Wakil Presiden serahkan 48.000 orang," kata Habibie.

Sehingga banyak mantan pegawai IPTN hijrah ke perusahaan pesawat terbang kelas dunia seperti Airbus hingga Boeing.





Credit  finance.detik.com