Rabu, 22 Februari 2017

Eropa Dihantui Radioakif Maut, AS Kirim Pesawat "Sniffer Nuklir"


 
Eropa Dihantui Radioakif Maut, AS Kirim Pesawat Sniffer Nuklir
Pesawat WC-135 Constant Phoenix pendeteksi ledakan nuklir dikirim Amerika Serikat ke Inggris sejak pekan lalu. Foto / Mail Online
 
LONDON - Amerika Serikat (AS) mengirim pesawat “sniffer nuklir” atau pendeteksi ledakan nuklir ke Inggris setelah muncul kecemasan radioaktif mematikan menyebar di seluruh Eropa. Pesawat WC-135 Constant Phoenix telah mendarat di RAF Mildenhall, Inggris, pekan lalu.

Laporan kekhawatiran menyebarnya partikel radioaktif maut di seluruh Eropa itu muncul di tengah tuduhan bahwa Rusia menguji coba senjata nuklir, baik di wilayah timur Rusia, yang dekat Arktik.

Kepastian dengan penyebaran radioaktif mematikan di seluruh Eropa sedang diselidiki. Stasiun kualitas udara di Norwegia, Finlandia, Polandia, Republik Ceko, Jerman, Prancis dan Spanyol telah mendeteksi keberadaan Iodine-131.

Partikel Iodine-131 itu dilaporkan muncul dari Eropa timur. Terdeteksinya partikel itu memicu tuduhan bahwa pemerintah Presiden Vladmir Putin telah menguji coba senjata nuklir di Novaya Zemlya, dekat Kutub Utara.

Namun, CTBTO (Organisasi Perjanjian dan Pelarangan Tes Nuklir)  mengesampingkan tuduhan uji coba senjata nuklir oleh Rusia.

“Jika uji coba nuklir yang berlangsung melepaskan I-131, maka itu juga akan melepaskan banyak isotop radioaktif lainnya,” bunyi pernyataan CTBTO.

”Tidak ada isotop fisi nuklir lainnya yang telah diukur pada tingkat tinggi dalam hubungannya dengan I-131 di Eropa sejauh ini,” lanjut CTBTO, seperti dikutip Mail Online, Rabu (22/2/2017).

Organisasi yang mengoperasikan sistem pemantauan di seluruh dunia ini mengatakan bahwa tidak perlu dikhawatirkan tentang laporan menyebarnya Iodine-131 di Eropa.

”Tidak ada deteksi di atas tingkat historis yang telah diamati,” imbuh CTBTO.

Pesawat WC-135 pernah digunakan untuk mendeteksi penyebaran partikel berbahaya dari ledakan nuklir setelah bencana Chernobyl di Ukraina—saat itu masih Soviet—pada tahun 1986.


Credit  sindonews.com