Selasa, 28 Februari 2017

BUMN Ini Siap Kelola Tambang Emas Freeport di Papua


 
BUMN Ini Siap Kelola Tambang Emas Freeport di Papua  
Foto: Muhammad Idris



Jakarta - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) disiapkan menjadi holding BUMN tambang. Bukan itu saja, Inalum ini dinilai sanggup mengambil alih mengelola tambang PT Freeport Indonesia.

Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman, Luhut Panjaitan, beberapa waktu lalu. Merespons pernyataan itu, Inalum menegaskan siap apabila pemerintah memberi tugas mengambi alih tambang Grasberg milik Freeport di Papua pasca 2021.

"Kita siap terus, siap terus," kata Direktur Utama Inalum, Winardi Sunoto, saat ditemui di Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta, Senin (27/2/2017).

 

Ia menjelaskan, bila holding BUMN pertambangan sudah terbentuk, Inalum sebagai induk holding akan punya modal yang sangat kuat, mampu mendanai investasi untuk tambang bawah tanah Grasberg. Dari sisi operasional, PT Aneka Tambang Tbk (Antam) memiliki kapasitas untuk mengelola tambang bawah tanah.

"Saya kira holding lebih kuat karena gabungan semua BUMN pertambangan. Pertama dari sisi operasional, kita dalam negeri punya banyak pengalaman. Tambang underground, Aneka Tambang punya banyak pengalaman. Proses pengolahan, hidrometalurgi kita punya pengalaman," terang Winarti.

 

Soal apakah Tambang Grasberg benar-benar akan dialihkan ke Inalum setelah kontrak Freeport berakhir, Winardi menunggu keputusan dari pemerintah.

"Itu tergantung pemerintah kalau itu. Resminya belum," kata Winardi.

Sebagai informasi, PT Freeport Indonesia belum menyepakati perubahan Kontrak Karya (KK) ke Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). IUPK dinilai Freeport tak memberikan stabilitas dan kepastian untuk menjamin investasi dalam jangka panjang.

Selain itu, Freeport tidak mau melakukan divestasi 51% sahamnya ke pihak Indonesia secara bertahap selama 10 tahun. Freeport McMoRan selaku induk usaha Freeport, masih ingin menjadi pemegang kendali mayoritas terhadap PT Freeport Indonesia.

 
Pemerintah dan Freeport punya waktu 120 hari untuk melakukan negosiasi soal kepastian status Freeport. Bila dalam kurun waktu itu tidak selesai, maka kedua belah pihak bisa bertarung di Arbitrase Internasional.

Pemerintah optimistis, Indonesia akan menang jika dilayangkan gugatan ke Arbitrase Internasional, dengan alasan Freeport Indonesia sudah banyak melanggar KK, misalnya soal kewajiban divestasi saham dan pemurnian mineral.


Credit  finance.detik.com/energi


Luhut: Inalum Sanggup Kelola Tambang Freeport di Papua


Luhut: Inalum Sanggup Kelola Tambang Freeport di Papua  
Foto: Hendra Kusuma-detikFinance

Jakarta - PT Freeport Indonesia belum menyepakati perubahan dari Kontrak Karya (KK) ke Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Salah satu alasannya, Freeport tidak mau melakukan divestasi 51% sahamnya ke pihak Indonesia secara bertahap selama 10 tahun.

Freeport McMoRan selaku induk usaha Freeport, masih ingin menjadi pemegang kendali mayoritas terhadap PT Freeport Indonesia.

Pemerintah dan Freeport punya waktu 120 hari untuk melakukan negosiasi soal kepastian status Freeport. Bila dalam kurun waktu itu tidak selesai, maka kedua belah pihak bisa bertarung di Arbitrase Internasional.

Pemerintah optimistis, Indonesia akan menang jika dilayangkan gugatan ke Arbitrase Internasional, dengan alasan Freeport Indonesia tidak membangun pabrik pemurnian atau smelter seperti yang diamanatkan Undang-Undang No.4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batu Bara (Minerba).

Menko Maritim, Luhut Panjaitan, menyebutkan pengelolaan tambang Freeport Indonesia bisa diambil alih oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang, seperti PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) selaku holding BUMN tambang. Namun, hal itu nanti akan dipertimbangkan lagi oleh Menteri BUMN, Rini Soemarno.

"Kan pemerintah bisa, ada Inalum. Tergantung Menteri BUMN lah, tapi sudah di-exercise," kata Luhut. di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat (24/2/2017).

 

Luhut menambahkan, BUMN tambang sekelas Inalum mampu untuk mengambil alih pengelolaan Freeport Indonesia. Karena tambang Freeport di Papua bukan proyek yang perlu dibikin dari nol, hanya perlu melanjutkan bisnis yang sudah ada. "Ah sangat sanggup lah. Itu kan bukan green field, sangat sanggup," imbuh Luhut.

 

Selain itu, lanjut Luhut, Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, akan bertolak ke Papua berdiskusi dengan pekerja Freeport Indonesia yang dirumahkan.

"Kan sudah diberikan ke Menaker kan mau ke sana besok atau lusa," tutup Luhut.



Credit  finance.detik.com