Jumat, 17 Februari 2017

Kemhan Pilih UAV Skeldar untuk Perkuatan Pertahanan Indonesia


 
Pesawat tanpa awak UMS Skeldar.
UMS, sebuah perusahaan pembuat UAV (Unmanned Aerial Vehicle) yang diakuisisi SAAB dari Swedia, terus mencatatkan keberhasilan penjualan di Indonesia. Setelah pada 2016 berhasil menjual tiga unit sistem UAV F-330 kepada TNI AD dan R-350 kepada Bakamla (Badan Kemanan Laut), baru-baru ini UMS merilis telah menyerahkan V-200 Skeldar, platform UAV yang berbentuk helikopter kepada Kementerian Pertahanan RI.
Indonesia menjadi launch customer sistem V-200 Skeldar setelah negosiasi hampir satu tahun. Uji terima dari sistem Skeldar diadakan pada akhir tahun 2016 di Indonesia. Konfirmasi juga diterima wartawan Angkasa yang meliput Aero India 2017 di Bangalore, India dari bagian komunikasi media SAAB saat dijumpai di Bangalore.
“Kami bangga mengumumkan ditandatanganinya kontrak dengan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, yang memperkuat model bisnis kami dengan membentuk hubungan yang strategis dengan wilayah-wilayah yang diprioritaskan di seluruh dunia,” ungkap Jakob Baumann selaku CEO UMS Skeldar yang sahamnya dimiliki 47% oleh SAAB.
UMS Skeldar juga mengirimkan Direktur Pelatihannya, Ewen Stockbridge-Sime untuk memberikan pelatihan di Indonesia sesuai kontrak pelatihan yang juga menjadi bagian dari kontrak pembelian V-200.
V-200 Skeldar merupakan platform UAV helikopter dengan kemampuan terbang jarak menengah. Keunggulannya terletak pada kemampuannya menenggak bahan bakar standar militer seperti Jet A1, JP5, dan JP8 sehingga mampu dioperasikan dengan dukungan standar logistik militer.
V-200 Skeldar yang memiliki dimensi panjang 4 meter dan tinggi 1,3 meter ini mampu terbang dengan ketinggian 3.000 meter, dengan jarak kendali dari ground control maksimal mencapai 90 kilometer. Lama terbangnya mencapai 5 jam untuk konfigurasi standar, dan bisa lebih jika dipasangi tangki internal yang lebih besar.
V-200 Skeldar dapat dioperasikan dari darat ataupun dari dek kapal dengan kemampuan lepas landas dan mendarat secara otomatis. Saat Skeldar mengudara, sistemnya mampu memberikan pasokan data video secara real time ke pusat kendali markas, dan sudah mengacu kepada standar STANAG 4586 untuk interoperabilitas dengan sistem datalink standar NATO.
V-200 Skeldar memiliki beberapa sensor untuk penginderaan. Yang pertama dan merupakan paket standar adalah bola elektro optik (EO/IR) yang terdiri dari kamera yang distabilisasi dengan kemampuan kamera siang (day camera) dan moda Infra Red untuk mengindera dalam kondisi rendah cahaya.
Bola EO/IR ini dapat digunakan untuk menemukan sasaran di permukaan laut, ataupun korban kecelakaan laut karena kemampuan zoom yang dimilikinya.
Sensor kedua dari V-200 Skeldar adalah SAR (Synthetic Aperture Radar), yang dapat menghasilkan citra dengan resolusi tinggi di sekitar jalur yang dilalui. Radar SAR mampu mengenali perbedaan kontur permukaan, sehingga anomali yang terdapat di permukaan dapat dimunculkan dengan segera.
Imaji yang disajikan dapat dihasilkan dalam citra dua dimensi ataupun tiga dimensi, dan tidak terganggu oleh perubahan cahaya.
Opsi terakhir adalah LIDAR (Laser Imaging Detection & Ranging), yaitu teknologi penginderaan dengan menembak objek dengan laser dan mengamati hasil pantulan yang dihasilkan.
Sensor LIDAR yang dipasang pada V-200 dapat digunakan untuk memetakan kondisi geografis untuk digunakan geolog dan kartografer untuk menghasilkan peta umum maupun peta mineral dengan keakuratan tinggi. UMS Skeldar saat ini sedang memamerkan V-200 secara perdana dalam pameran Aero India 2017 yang juga diliput Angkasa.




Credit  angkasa.co.id