Foto: Hasan Al Habshy
Apabila kilang mini di 8 lokasi dibangun, makan akan menekan impor bahan bakar minyak (BBM) sebesar 31.535 bph. Memang dari sisi jumlah tak signifikan karena impor BBM saat ini mencapai sekitar 800 ribu bph.
Tetapi ada manfaat lain yang lebih penting, yaitu mengatasi masalah kelangkaan BBM yang selama ini kerap terjadi di daerah-daerah terpencil.
"(Kilang mini) Nggak sekedar pengurangan impor BBM, pemenuhan BBM di sekitar lokasi kilang. Dengan kilang ada di situ, membantu mengatasi kelangkaan BBM. Pembangunan kilang yang besar kita dorong, tapi yang kecil tetap kita perlu bangun juga," papar Direktur Pengusahaan Hilir Migas Kementerian ESDM, Setyorini Tri Hutami dalam diskusi di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (7/3/2016).
Wakil Ketua SKK Migas, MI Zikrullah, menambahkan bahwa pembangunan kilang mini juga membuat biaya angkut minyak mentah dan BBM menjadi lebih efisien. Pertamina tidak perlu repot-repot mengambil minyak yang sedikit di daerah terpencil lalu mengirimnya kembali dalam bentuk BBM.
"Adanya kilang mini tentu akan mengurangi biaya operasi di hulu. Ngirim cuma 3.000 barel minyak per hari dari area remote cukup jauh ke kilang kan mahal. Pertamina juga tidak perlu mengambil dan mengantar kembali," ujarnya.
Masyarakat di sekitar kilang mini juga akan mendapatkan manfaat dari adanya lapangan kerja, peluang usaha, dan sebagainya. "Juga membantu masyarakat sekitar, menumbuhkan ekonomi di sana," imbuhnya.
Lapangan sumber minyak pun akan aman dari gangguan karena masyarakat sekitar merasa harus ikut menjaganya agar pasokan BBM di daerah mereka tetap lancar. Pemerintah daerah (pemda) ikut mendapat manfaat pula dari keberadaan kilang mini.
"Dengan adanya kilang mini di mulut sumur, ini akan mendukung operasi migas di lapangan yang selama ini terjadi gangguan. BBM yang digunakan langsung dari wilayah penghasil. Ada cost eficiency bertambah juga. Pemda akan ikut terlibat juga," tutupnya.
Credit detikfinance