Senin, 18 Mei 2015

SBY: Jangan Berpikir Kudeta



 
Icha Rastika Presiden ke6 Susilo Bambang Yudhoyono.

JAKARTA, CB - Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan para pemegang kekuasaan untuk bisa mengontrol kekuasaan yang dimiliki masing-masing. Sebab, kekuasaan tersebut dekat dengan perilaku korup, jika tidak dikontrol dengan baik.

"Yang penting yang pegang kekuasaan itu harus bisa kontrol dirinya sendiri. Power tends to corrupt," kata SBY saat menjadi pembicara dalam Supermentor 6 Leaders di Jakarta, Minggu (17/5/2015).

Acara ini digagas Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal yang pernah mengikuti Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Hadir sebagai pembicara dalam acara Presiden ke-3 BJ Habibie, Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, serta Presiden pertama Timor Leste Xanana Gusmao.

Dalam acara ini, para tokoh tersebut membagi pengalaman masing-masing dalam memimpin. SBY lantas menjelaskan sumber-sumber kekuasaan.

Menurut SBY, ada dua sumber kekuasaan, yakni kekuasaan yang diperoleh melalui pemilihan umum, serta kekuasaan yang dialihkan atau didelegasikan seperti kewenangan yang diberikan seorang Presiden kepada menteri.

SBY tidak membenarkan jika ada kekuasaan yang diperoleh melalui kudeta. "Kamu harus dipilih atau diberikan kekuasaan. Jangan pernah berpikir untuk kudeta," ucap SBY.

Ketua Umum Partai Demokrat ini juga menyampaikan bahwa pemimpin yang baik harus mengetahui untuk apa kekuasaan itu diberikan kepadanya. Jika ia dipilih melalui pemilihan umum, maka pemimpin tersebut sedianya menjalankan amanat dengan memenuhi janji-janjinya ketika berkampanye.

"Namun bagi seorang menteri yang diberikan kekuasaan oleh Presiden dengan harapan menteri itu menjalankan tugasnya dengan baik, laksanakan. Semudah itu," sambung dia.

Di samping itu, SBY mengingatkan agar para pemegang kekuasaan tidak lupa untuk mempersiapkan diri jika suatu saat harus turun panggung. Sebab posisi seseorang, kata dia, tidak tidak selamanya bisa berada di puncak. SBY lantas mengibaratkan nasihatnya ini dengan pengalaman dia mendaki gunung.

"Saya suka mendaki gunung, ketinggiannya tiga ribu sekian meter, selama delapan jam mendaki, cuaca buruk sekali. Setelah bermalam semalam, apa yang bisa kita lakukan, kemarin naik ke puncak, kita persiapkan, sekarang ketika kita sudah dipuncak, tidak mungkin berbulan-bulan di sini, mari turun, persiapkan agar tidak tergelincir. Kehidupan juga begitu, banyak yang berada di puncak, lupa, dan tidak persiapkan diri untuk turun sehingga tidak siap dan bisa tergelincir," tutur SBY.




Credit   KOMPAS.com