TEHERAN
- Pelaku bom bunuh diri yang melakukan serangan dan menewaskan 27
anggota Garda Revolusi Iran (IRGC) pekan lalu adalah warga negara Pakistan. Demikian yang dikatakan pasukan elit Iran itu.
"Pembom bunuh diri itu bernama Hafez Mohammad-Ali dan berasal dari Pakistan," kata Brigadir Jenderal Mohammad Pakpour, komandan pasukan darat IRGC, dikutip AFP dari kantor berita Sepah, Rabu (20/2/2019).
Aksi bom bunuh diri yang terjadi pada 13 Februari itu menghantam sebuah bus yang membawa anggota IRGC. Insiden itu terjadi di provinsi tenggara Sistan-Baluchistan yang bergejolak, yang berbatasan dengan Pakistan.
"Pembom bunuh diri itu bernama Hafez Mohammad-Ali dan berasal dari Pakistan," kata Brigadir Jenderal Mohammad Pakpour, komandan pasukan darat IRGC, dikutip AFP dari kantor berita Sepah, Rabu (20/2/2019).
Aksi bom bunuh diri yang terjadi pada 13 Februari itu menghantam sebuah bus yang membawa anggota IRGC. Insiden itu terjadi di provinsi tenggara Sistan-Baluchistan yang bergejolak, yang berbatasan dengan Pakistan.
Pakpour
mengatakan penyelidikan terhadap serangan itu telah membuat kemajuan
setelah model mobil berisi bahan peledak yang meledak di sebelah bus
telah diidentifikasi.
"Dua hari yang lalu petunjuk pertama, seorang wanita, diidentifikasi dan ditangkap, dan melalui wanita ini, kami mendapatkan petunjuk yang lain," jelas Pakpour.
"Selain pembom bunuh diri, salah satu kaki tangan yang dicurigai adalah juga orang Pakistan," ujarnya.
Pakpour mengatakan serangan pada awalnya direncanakan untuk 11 Februari bertepatan dengan perayaan peringatan 40 tahun revolusi Islam Iran yang didominasi Syiah.
"Tetapi pasukan keamanan telah "sepenuhnya siap" pada hari itu," ucapnya.
Kelompok Jaish al-Adl (Tentara Keadilan), yang menurut Teheran sebagian besar basis operasinya di Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Iran menuduh tentara dan badan intelijen Pakistan melindungi kelompok itu.
"Dua hari yang lalu petunjuk pertama, seorang wanita, diidentifikasi dan ditangkap, dan melalui wanita ini, kami mendapatkan petunjuk yang lain," jelas Pakpour.
"Selain pembom bunuh diri, salah satu kaki tangan yang dicurigai adalah juga orang Pakistan," ujarnya.
Pakpour mengatakan serangan pada awalnya direncanakan untuk 11 Februari bertepatan dengan perayaan peringatan 40 tahun revolusi Islam Iran yang didominasi Syiah.
"Tetapi pasukan keamanan telah "sepenuhnya siap" pada hari itu," ucapnya.
Kelompok Jaish al-Adl (Tentara Keadilan), yang menurut Teheran sebagian besar basis operasinya di Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Iran menuduh tentara dan badan intelijen Pakistan melindungi kelompok itu.
Menteri
Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi mengatakan negaranya bekerja
sama dengan Iran dalam penyelidikan atas serangan itu dan telah
menyerahkan para tersangka kepada Iran.
"Kami akan bekerja sama sepenuhnya dengan Iran, kami memiliki kontak operasional dengan Iran," Qureshi mengatakan kepada televisi pemerintah Pakistan.
Sebelumnya, India juga menuding Pakistan berada di balik serangan bom pada 14 Februari lalu yang menewaskan 41 tentara paramiliternya di Kashmir. India mengaku telah mengantongi bukti tidak terbantahkan atas keterlibatan Pakistan.
"Kami akan bekerja sama sepenuhnya dengan Iran, kami memiliki kontak operasional dengan Iran," Qureshi mengatakan kepada televisi pemerintah Pakistan.
Sebelumnya, India juga menuding Pakistan berada di balik serangan bom pada 14 Februari lalu yang menewaskan 41 tentara paramiliternya di Kashmir. India mengaku telah mengantongi bukti tidak terbantahkan atas keterlibatan Pakistan.
Credit sindonews.com