CB, Jakarta -Konflik tak berkesudahan antara Israel dan Palestina
tak pernah lepas dari dua tokoh ini: Lord Arthur Balfour dan Baron
Walter Rothschild. Siapa mereka dan apa yang telah mereka lakukan
sehingga memicu konflik di kawasan Timur Tengah tersebut?
Balfour merupakan menteri luar negeri Inggris yang pada 2 November 1917 mengirimkan sepucuk surat kepada Rothschild, tokoh Zionisme terkemuka. Surat berisi 67 kata yang ditorehkan Balfour memuat dukungan dari pemerintah Inggris tentang pendirian satu rumah untuk kaum Yahudi di Palestina.
Surat dengan 67 kata itu kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Deklarasi yang memberi ruang bagi penduduk Yahudi untuk mendirikan Israel. Surat ini yang kemudian mendorong terbentuknya negara Israel tahun 1948.
Berikut 67 kata isi surat Balfoour kepada Rothschild:
“His Majesty’s government view with favour the establishment in Palestine of a national home for the Jewish people, and will use their best endeavours to facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by Jews in any other country.”
Rotshchild dikenal dengan anjurannya untuk penentuan nasib sendiri untuk orang-orang Yahudi atas tanah air mereka yang terbentang dari Laut Tengah sampai ke sisi timur Sungai Yordania, daerah yang dikenal sebagai Palestina.
Lord Walter Rothschild. britannica.com
Mengutip BBC, surat Balfour itu dianggap sebagai pengkhianatan besar mengingat janji Inggris sebelumnya saat meminta dukungan politik dan militer saat Perang Dunia I dari kalangan Arab, yang saat itu di bawah kekhalifahan Usmaniyah, Turki.
Inggris waktu itu berjanji akan mendukung perjuangan negeri-negeri Arab untuk merdeka dari kekuasan Usmaniyah. Bagi Arab, janji itu meliputi Palestina, meskipun tidak secara khusus disebutkan.
Namun, bagi orang Yahudi, Deklarasi Balfour telah mewujudkan cita-cita mereka dengan lahirnya negara Israel pada tahun 1948.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggambarkan Deklarasi Balfour sebagai tonggak sejarah pembentukan negaranya. Sementara rakyat Palestina ingin Inggris meminta maaf atas Deklarasi Balfour itu.
Deklarasi Balfour telah membuat rakyat Palestina masih terus berjuang untuk membentuk negaranya sendiri.
Saat peringatan seratus tahun Deklarasi Balfour, 2 November 2017, Perdana Menteri Theresa May bertemu Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu di London.
May dan para menterinya menghadapi tugas diplomasi yang tidak mudah saat ini. Di satu sisi Inggris berhadapan dengan Israel yang bergembira dengan hadirnya Deklarasi Balfour dan di sisi lain, berhadapan dengan rakyat Palestina yang marah karena kampung halaman mereka dicaplok Israel.
"Kami akan menandai seabad dengan kebanggaan dan hormat, namun juga rasa sedih, karena isu antara Israel dan Palestina masih tak terselesaikan," kata Alistair Burt, Menteri urusan Timur Tengah, seperti dikutip dari Guardian.
Dan, May bungkam menghadapi tuntutan rakyat Palestina agar Inggris meminta maaf atas surat Balfour kepada Rothschild seabad lalu.
Balfour merupakan menteri luar negeri Inggris yang pada 2 November 1917 mengirimkan sepucuk surat kepada Rothschild, tokoh Zionisme terkemuka. Surat berisi 67 kata yang ditorehkan Balfour memuat dukungan dari pemerintah Inggris tentang pendirian satu rumah untuk kaum Yahudi di Palestina.
Surat dengan 67 kata itu kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balfour. Deklarasi yang memberi ruang bagi penduduk Yahudi untuk mendirikan Israel. Surat ini yang kemudian mendorong terbentuknya negara Israel tahun 1948.
“His Majesty’s government view with favour the establishment in Palestine of a national home for the Jewish people, and will use their best endeavours to facilitate the achievement of this object, it being clearly understood that nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by Jews in any other country.”
Rotshchild dikenal dengan anjurannya untuk penentuan nasib sendiri untuk orang-orang Yahudi atas tanah air mereka yang terbentang dari Laut Tengah sampai ke sisi timur Sungai Yordania, daerah yang dikenal sebagai Palestina.
Lord Walter Rothschild. britannica.com
Mengutip BBC, surat Balfour itu dianggap sebagai pengkhianatan besar mengingat janji Inggris sebelumnya saat meminta dukungan politik dan militer saat Perang Dunia I dari kalangan Arab, yang saat itu di bawah kekhalifahan Usmaniyah, Turki.
Inggris waktu itu berjanji akan mendukung perjuangan negeri-negeri Arab untuk merdeka dari kekuasan Usmaniyah. Bagi Arab, janji itu meliputi Palestina, meskipun tidak secara khusus disebutkan.
Namun, bagi orang Yahudi, Deklarasi Balfour telah mewujudkan cita-cita mereka dengan lahirnya negara Israel pada tahun 1948.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menggambarkan Deklarasi Balfour sebagai tonggak sejarah pembentukan negaranya. Sementara rakyat Palestina ingin Inggris meminta maaf atas Deklarasi Balfour itu.
Deklarasi Balfour telah membuat rakyat Palestina masih terus berjuang untuk membentuk negaranya sendiri.
Saat peringatan seratus tahun Deklarasi Balfour, 2 November 2017, Perdana Menteri Theresa May bertemu Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu di London.
May dan para menterinya menghadapi tugas diplomasi yang tidak mudah saat ini. Di satu sisi Inggris berhadapan dengan Israel yang bergembira dengan hadirnya Deklarasi Balfour dan di sisi lain, berhadapan dengan rakyat Palestina yang marah karena kampung halaman mereka dicaplok Israel.
"Kami akan menandai seabad dengan kebanggaan dan hormat, namun juga rasa sedih, karena isu antara Israel dan Palestina masih tak terselesaikan," kata Alistair Burt, Menteri urusan Timur Tengah, seperti dikutip dari Guardian.
Dan, May bungkam menghadapi tuntutan rakyat Palestina agar Inggris meminta maaf atas surat Balfour kepada Rothschild seabad lalu.
Credit TEMPO.CO