TEPI BARAT
- Sedikitnya tiga demonstran Palestina terluka oleh tembakan langsung
saat tentara Israel mengumbar lebih dari 20 peluru baja berlapis karet
pada hari Rabu. Aksi kalap pasukan Israel itu terjadi di kawasan Tepi
Barat.
Sudah lebih dari 80 warga Palestina terluka dalam demonstrasi di Tepi Barat, dua minggu setelah pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Data ini dikutip dari Bulan Sabit Merah.
Dalam bentrok kemarin, tentara Israel juga menembakkan gas air mata yang membuat sekitar 40 demonstran Palestina menderita. Konfrontasi dalam demonstrasi “Hari Kemarahan” terjadi di berbagai wilayah di Tepi Barat yang diduduki Israel termasuk di Hebron, Nablus, Bethlehem dan Yerikho.
Demonstrasi terbesar dimulai di pos pemeriksaan militer Qalandia, titik utama yang membelah Tepi Barat dan titik nyala konstan dalam konflik tersebut.
Jihad Barakat, seorang wartawan lokal yang melaporkan dari Qalandia, memperkirakan bahwa sekitar 5.000 warga Palestina menghadiri demonstrasi di sana. Massa berangkat sekitar pukul 12 malam waktu setempat.
”Ada setidaknya satu korban luka di Qalandia akibat tembakan amunisi secara langsung dan ada penggunaan gas air mata yang parah. Di jip tentara Israel, ada senjata api yang menghasilkan sekitar 30 tabung gas air mata secara berurutan, sehingga seluruh area menjadi penuh dengan asap,” kata Barakat, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (21/12/2017).
Sejumlah politisi juga ikut dalam demonstrasi tersebut, termasuk Menteri Kesehatan Jawad Awwad, salah satu pemimpin Hamas Jamal al-Taweel, dan juru bicara Fatah Osama Qawasmeh.
Aktivis lokal Mariam Barghouti mengatakan kepada Al Jazeera bahwa demonstrasi di Qalandia berubah menjadi kekerasan ketika pasukan Israel mulai menembakkan gas air mata.
“Kerumunan semakin kecil sehingga hanya menyisakan pemuda Palestina yang mulai menghadapi tentara dengan batu,” kata Barghouti. Tentara Israel kemudian menanggapi dengan tembakan peluru karet dan amunisi lain secara langsung.
Militer Israel belum memberikan komentar atas penggunaan peluru baja berlapis karet terhadap para demonstran Palestina.
Sudah lebih dari 80 warga Palestina terluka dalam demonstrasi di Tepi Barat, dua minggu setelah pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Data ini dikutip dari Bulan Sabit Merah.
Dalam bentrok kemarin, tentara Israel juga menembakkan gas air mata yang membuat sekitar 40 demonstran Palestina menderita. Konfrontasi dalam demonstrasi “Hari Kemarahan” terjadi di berbagai wilayah di Tepi Barat yang diduduki Israel termasuk di Hebron, Nablus, Bethlehem dan Yerikho.
Demonstrasi terbesar dimulai di pos pemeriksaan militer Qalandia, titik utama yang membelah Tepi Barat dan titik nyala konstan dalam konflik tersebut.
Jihad Barakat, seorang wartawan lokal yang melaporkan dari Qalandia, memperkirakan bahwa sekitar 5.000 warga Palestina menghadiri demonstrasi di sana. Massa berangkat sekitar pukul 12 malam waktu setempat.
”Ada setidaknya satu korban luka di Qalandia akibat tembakan amunisi secara langsung dan ada penggunaan gas air mata yang parah. Di jip tentara Israel, ada senjata api yang menghasilkan sekitar 30 tabung gas air mata secara berurutan, sehingga seluruh area menjadi penuh dengan asap,” kata Barakat, seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (21/12/2017).
Sejumlah politisi juga ikut dalam demonstrasi tersebut, termasuk Menteri Kesehatan Jawad Awwad, salah satu pemimpin Hamas Jamal al-Taweel, dan juru bicara Fatah Osama Qawasmeh.
Aktivis lokal Mariam Barghouti mengatakan kepada Al Jazeera bahwa demonstrasi di Qalandia berubah menjadi kekerasan ketika pasukan Israel mulai menembakkan gas air mata.
“Kerumunan semakin kecil sehingga hanya menyisakan pemuda Palestina yang mulai menghadapi tentara dengan batu,” kata Barghouti. Tentara Israel kemudian menanggapi dengan tembakan peluru karet dan amunisi lain secara langsung.
Militer Israel belum memberikan komentar atas penggunaan peluru baja berlapis karet terhadap para demonstran Palestina.
Credit sindonews.com